Minggu, 03 September 2023

Menulis Buku Mayor Dalam Dua Minggu

Resume ke : 30

Gelombang : 29

Tanggal : 1 September 2023

Tema : Menulis Buku Mayor Dalam Dua Minggu

Narasumber : Prof. Richardus Eko Indrajit

Moderator : Aam Nurhasanah, S.Pd


Profesor Richardus Eko Indrajit narasumber pada pertemuan malam hari ini menjelaskan setidaknya ada 4 langkah atau tahapan dalam menulis :

Langkah Persiapan

Pada tahap ini terdapat empat aktivitas yang dilakukan oleh seorang penulis yaitu :

1. Menentukan tujuan menulis. Setiap orang memiliki tujuannya masing – masing dalam menulis. Misalnya : ingin menjadi penulis fiksi, nonfiksi, jurnalis, blogger, atau hanya sekedar menulis untuk diri sendiri. Menentukan tujuan di awal kegiatan menulis akan membantu memfokuskan upaya kita untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

2. Memilih genre atau topik. Pilihlah genre atau topik sesuai minat pribadi. Dengan demikian proses menulis akan menjadi lebih menyenangkan dan bermakna.

3. Penelitian awal. Lakukan riset terhadap topik atau genre yang kita pilih. Riset atau penelitian dapat berupa membaca buku, membaca artikel atau membaca tulisan yang serupa dengan tulisan yang hendak kita tulis. Jadikan semuanya sebagai referensi tulisan kita kelak.

4. Mempersiapkan alat. Persiapkan alat yang kita butuhkan untuk menulis, misalnya laptop, komputer, aplikasi menulis, buku catatan, pena, dan sebagainya.

Langkah Menulis

Pada langkah menulis seorang penulis melakukan aktivitas sebagai berikut :

1. Brainstorming. Melakukan brainstorming bertujuan untuk mengumpulkan ide. Bisa dengan menggunakan metode mind mapping (peta pikiran / peta konsep), daftar pokok – pokok pikiran atau free writing.

2. Membuat kerangka tulisan. Membuat kerangka tulisan atau outline akan membantu penulis dalam menyusun tulisannya. Membuat outline berfungsi sebagai panduan agar penulis tetap fokus pada tema tulisannya.

3. Menulis draft awal. Mulailah menulis berdasarkan kerangka yang telah dibuat. Pada tahap ini sebaiknya penulis tidak perlu terlalu terfokus pada kesalahan gramatikal atau struktur.

4. Rutin untuk menulis. Cobalah untuk menulis secara rutin dan konsisten. Bisa setiap hari, seminggu sekali atau sebulan sekali sesuai dengan waktu yang bisa dipenuhi. Semakin rajin menulis maka keterampilan menulis akan semakin terasah.

Langkah Revisi

Ada beberapa aktivitas dalam langkan revisi ini :

1. Membaca ulang. Setelah draft awal selesai, penulis hendaknya membaca kembali tulisannya sendiri. Perhatikan alur, kohesi, kerapatan informasi.

2. Mengedit atau menyunting tulisan. Pada langkah ini penulis mulai mengedit untuk memperbaiki kesalahan yang ditemukan. Baik kesalahan gramatikal, kalimat yang tidak efektif, atau informasi yang tidak tepat.

3. Dapatkan feedback atau masukan. Penulis hendaknya menunjukkan hasil tulisannya kepada oranglain untuk mendapatkan feedback atau umpan balik. Umpan balik bisa penulis dapatkan dari teman, keluarga atau mentor menulis.

4. Merevisi tulisan. Penulis melakukan revisi terhadap tulisannya berdasarkan feedback atau masukan yang telah diterima sebelumnya. Penulis dapat melakukan beberapa putaran revisi agar hasil tulisannya semakin bagus.

Langkah Publikasi

Langkah inilah yang menjadi tujuan utama kita. Setiap penulis harus mempublikasikan tulisannya agar dapat dibaca dan dinikmati oleh khalayak umum. Ada sejumlah aktivitas yang dilakukan penulis dalam tahapan ini yaitu : mengirimkan tulisan ke penerbit, tulisan dianalisis oleh penerbit, mendapatkan umpan balik dari penerbit, melakukan revisi, dan akhirnya tulisan diterbitkan baik dalam bentuk fisik maupun elektronik.

Pada akhir pertemuan malam hari ini Profesor Richardus Eko Indrajit selaku narasumber meberikan tantangan kepada para peserta agar dapat menerbitkan buku di penerbit mayor dalam waktu 2 minggu. Adapun tantangannya adalah sebagai berikut :

1. Peserta diminta mengakses link youtube https://www.youtube.com/@profekojichannel4832/playlists.
2. Peserta diminta mencari topik dalam repository video tersebut dimulai dengan kata EKODEMY atau MICROJI.
3. Peserta diminta membuat daftar isi  buku dengan jumlah bab mengikuti topik yang dipilih (jika ada 5 video, maka akan menjadi 5 bab; jika 7 video menjadi 7 bab; dan seterusnya).
4. Peserta diminta mendengarkan setiap video dengan seksama. Apapun yang disampaikan dalam video tersebut, tulislah dengan menggunakan bahasa sendiri atau secara verbatim (sesuai dengan kata-kata yang didengar).
5. Prof. Eko memberikan waktu seminggu untuk melaksanakannya. Dan tepat di minggu berikutnya, Ibu Aam Nurhasanah selaku moderator akan membuat link Zoom dimana masing – masing peserta akan mempresentasikan hasilnya ke Prof. Eko.
6. Setelah semua melakukan presentasi, Prof. Eko akan perlihatkan “Sejumlah Kejutan” yang belum pernah peserta bayangkan sebelumnya - termasuk sejumlah kiat yang belum pernah disampaikan pada batch sebelumnya.
7. Maka pada minggu kedua, peserta akan menjalankan "strategi kejutan" tersebut, dan dalam dua minggu, buku mayor peserta siap dikirimkan ke publisher.

Demikian tatangan menulis buku mayor dalam dua minggu yang diberikan oleh Prof. Richardus Eko Indrajit. Para peserta tampak sangat antusias mengikuti tantangan tersebut. Tetap semangat dan semoga sukses selalu.













Sabtu, 02 September 2023

Usaha Penerbitan Buku

Resume ke : 29

Gelombang : 29

Tanggal : 30 Agustus 2023

Tema : Usaha Penerbitan Buku

Narasumber : Mukminin, M.Pd

Moderator : Gina Dwi Septiani, S.Pd.,M.Pd

Definisi Usaha Penerbitan Buku

Usaha penerbitan buku adalah kegiatan bisnis yang melibatkan proses produksi, distribusi, dan pemasaran buku-buku ke berbagai target pasar. Usaha ini mencakup berbagai aspek dalam industri penerbitan, termasuk penulisan, penyuntingan, desain, pencetakan, dan penjualan buku. Berikut adalah beberapa poin penting dalam pengertian usaha penerbitan buku:

1. Produksi Konten: Usaha penerbitan buku dimulai dengan proses produksi konten. Ini bisa berupa buku fiksi, non-fiksi, buku pelajaran, panduan, dan berbagai jenis lainnya. Penulis atau peneliti biasanya bertanggung jawab untuk menciptakan isi buku.

2. Penyuntingan dan Revisi: Setelah konten awal dibuat, buku perlu melewati tahap penyuntingan dan revisi. Ini mencakup pengoreksian tata bahasa, peningkatan alur cerita (untuk buku fiksi), dan verifikasi fakta (untuk buku non-fiksi).

3. Desain Grafis: Desain grafis buku sangat penting untuk menciptakan tampilan visual yang menarik dan profesional. Ini meliputi pemilihan jenis huruf, tata letak, ilustrasi, dan sampul buku.

4. Pencetakan: Setelah desain grafis selesai, buku harus dicetak. Penerbit dapat mencetak buku dalam jumlah yang berbeda-beda tergantung pada permintaan pasar. Proses pencetakan bisa dilakukan secara tradisional atau digital.

5. Distribusi: Setelah buku selesai dicetak, penerbit harus mendistribusikannya ke berbagai saluran penjualan. Ini bisa mencakup penjualan melalui toko buku fisik, penjualan online, atau distribusi ke lembaga pendidikan, perpustakaan, dan lainnya.

6. Pemasaran: Salah satu aspek kunci dalam usaha penerbitan buku adalah pemasaran. Penerbit perlu mengembangkan strategi pemasaran untuk menarik perhatian pembaca potensial. Ini bisa mencakup promosi online, iklan, ulasan buku, dan lainnya.

7. Manajemen Keuangan: Penerbit juga harus mengelola aspek keuangan bisnis, termasuk perencanaan anggaran, pembiayaan produksi buku, dan menghitung laba rugi.

8. Lisensi dan Hak Cipta: Penerbit juga perlu mengurus masalah hukum terkait hak cipta dan lisensi untuk karya yang diterbitkan.

9. Pemantauan Pasar: Penerbit perlu mengikuti tren pasar dan menyesuaikan produksi buku mereka sesuai dengan permintaan dan perubahan dalam selera pembaca.

10. Pendukung Penulis: Bagian penting dari usaha penerbitan buku adalah bekerja sama dengan penulis. Penerbit berperan sebagai mitra dalam membantu penulis menghasilkan karya berkualitas dan memasarkannya.

Tentang ISBN dan QRCBN
ISBN adalah singkatan dari International Standard Book Number, yaitu kode pengidentifikasian yang sifatnya unik dan internasional untuk buku-buku yang diterbitkan. ISBN terdiri dari 13 digit atau 10 digit, yang mencakup informasi seperti identitas penerbit, negara penerbit, judul buku, edisi, dan format penerbitan tertentu. ISBN diberikan oleh Badan Internasional ISBN yang berkedudukan di London, Inggris. ISBN mempermudah manajemen inventaris, distribusi, dan penjualan buku secara efisien di tingkat internasional. ISBN juga membantu pembaca untuk menemukan dan membeli buku yang mereka inginkan dengan lebih mudah. QRCBN adalah singkatan dari Quick Response Code Book Number, yaitu sebuah teknologi pengidentifikasi sebuah buku yang berbentuk Quick Response (QR) Code atau kode batang. QRCBN dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia2. QRCBN berisi informasi lengkap dan detail tentang buku yang terbit, seperti judul buku, penulis, penerbit, tahun terbit, daftar harga, sinopsis, ulasan, dan informasi lainnya. QRCBN dapat dipindai melalui website resmi QRCBN atau menggunakan aplikasi pemindai QR Code yang lainnya. QRCBN mempermudah akses cepat dan mudah terhadap informasi buku kepada pembaca di Indonesia. QRCBN juga memiliki marketplace buku sendiri, yang akan membuat buku mudah ditemukan dan dijual dalam bentuk ebook. QRCBN lebih fokus pada aspek pemasaran dan pengalaman interaktif pembaca daripada aspek pengelolaan dan pelacakan buku secara global.

Perbedaan ISBN dan QRCBN

Berikut adalah beberapa perbedaan antara ISBN dan QRCBN:

1. ISBN adalah kode pengidentifikasian yang sifatnya unik dan internasional, yang terdiri dari 13 digit atau 10 digit. QRCBN adalah kode QR yang berisi informasi lengkap dan detail tentang buku yang terbit.

2. ISBN diberikan oleh Badan Internasional ISBN yang berkedudukan di London, Inggris. QRCBN dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

3. ISBN mencakup informasi seperti identitas penerbit, negara penerbit, judul buku, edisi, dan format penerbitan tertentu. QRCBN mencakup informasi seperti judul buku, penulis, penerbit, tahun terbit, daftar harga, sinopsis, ulasan, dan informasi lainnya.

4. ISBN mempermudah manajemen inventaris, distribusi, dan penjualan buku secara efisien di tingkat internasional. QRCBN mempermudah akses cepat dan mudah terhadap informasi buku kepada pembaca di Indonesia.

5. ISBN lebih fokus pada aspek pengelolaan dan pelacakan buku secara global. QRCBN lebih fokus pada aspek pemasaran dan pengalaman interaktif pembaca.

Syarat – Syarat Pengajuan ISBN
Berikut adalah syarat mengajukan ISBN sebuah buku :

1. Penerbit harus mempunyai link berbayar

2. Buku yang diajukan nomor ISBN harus dikirim lengkap ke website penerbit lalu linknya dikirim ke petugas ISBN Perpusnas :
  • Cover buku
  • Halaman awal buku
  • Isi buku (sinopsis yang di cover belakang)
  • Permohonan buku ISBN harus mengirim. Surat Pernyataan Keaslian Karya bermaterai 10.000 dan ditandatangani penulis mengetahui penanggung jawab penerbit dengan stempel penerbit
  • Naskah buku yang sudah dilayout bentuk PDF lengkap atau utuh (Judul, Penulis dan  penerbit)
3. Buku yang tidak mendapat  ISBN antara lain :
  • Buku Antologi dari 4 penulis.
  • Buku antologi tentang literasi sekolah, kegiatan kelompok literasi ( Grup antologi kelompok penulis), laporan guru penggerak tidak bisa di-ISBNkan.
  • Skripsi, Tesis, Disertasi, hasil penelitian (Best Practise), tidak bisa di-ISBNkan.
Penerbit Mayor dan Penerbit Indie
Penerbit mayor adalah penerbit yang memiliki jangkauan nasional dan modal yang besar. Biasanya, buku-buku yang diterbitkan oleh penerbit buku mayor akan dipasarkan secara nasional, dengan sekali cetak, judul buku tersebut langsung dicetak dalam jumlah besar untuk didistribusikan. Penerbit indie adalah penerbit yang membantu para penulis untuk menerbitkan buku secara mandiri, tanpa harus melalui proses seleksi yang ketat dari penerbit mayor. Penerbit indie biasanya menawarkan biaya penerbitan yang relatif rendah, dengan fasilitas seperti ISBN, editing, layout, desain sampul, dan distribusi online. Berikut perbedaan penerbit mayor dan penerbit indie :

1. Jumlah Cetakan
Penerbit mayor  mencetak bukunya secara masal. Biasanya cetakan pertama sekitar 3000 eksemplar atau minimal 1000 eksemplar untuk dijual di toko-toko buku. Sedangkan penerbit indie : hanya mencetak buku apabila ada yang memesan atau cetak berkala yang dikenal dengan POD ( Print on Demand) yang umumnya didistribusikan melalui media online Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, WA grup dll.

2. Pemilihan Naskah yang Diterbitkan
Di penerbit mayor naskah harus melewati beberapa tahap prosedur sebelum menerbitkan sebuah naskah. Tentu saja, menyambung dari poin yang pertama, penerbit mayor mencetak bukunya secara masal 1000 - 3000 eksemplar. Mereka ekstra hati-hati dalam memilih naskah yang akan mereka terbitkan dan tidak akan berani mengambil resiko untuk menerbitkan setiap naskah yang mereka terima. Penerbit mayor memiliki syarat yang semakin ketat, harus mengikuti selera pasar, dan tingginya tingkat penolakan. Sedangkan di penerbit indie tidak menolak naskah. Selama naskah tersebut sebuah karya yang layak diterbitkan; tidak melanggar undang-undang hak cipta karya sendiri, tidak plagiat, serta tidak menyinggung unsur SARA dan pornografi, naskah tersebut pasti dterbitkan. Penerbit indie merupakan alternatif baru bagi para penulis untuk membukukan tulisannya.

3. Profesionalitas
Penerbit mayor tentu saja profesional dengan banyaknya dukungan SDM di perusahaan besar mereka. Penerbit indie pun profesional, tapi sering disalah artikan. Banyak sekali anggapan menerbitkan buku di penerbit indie asal-asalan, asal cetak-jadi-jual. Sebagai penulis, harus jeli memilih siapa yang akan jadi penerbit. Jangan tergoda dengan paket penerbitan murah, tapi kualitas masih belum jelas. Mutu dan manajemen pemasaran buku bisa menjadi ukuran penilaian awal sebuah penerbitan. Kadang murah Cover kurang bagus, kertas dalam coklat kasar bukan bookpaper ( kertas coklat halus).

4. Waktu Penerbitan
Pada penerbit mayor umumnya sebuah naskah diterima atau tidaknya akan dikonfirmasi dalam tempo 1-3 bulan. Jika naskah diterima, ada giliran atau waktu terbit yang bisa cepat, tapi ada juga yang sampai bertahun-tahun. Karena penerbit mayor adalah sebuah penerbit besar, banyak sekali alur kerja yang harus mereka lalui. Bersyukur kalau buku bisa cepat didistribusikan di semua toko buku. Namun, jika dalam waktu yang ditentukan penjualan buku tidak sesuai target, maka buku akan dilepas oleh distributor dan ditarik kembali oleh penerbit. Sedangkan di penerbit indie segera memproses naskah yang diterima dengan cepat. Dalam hitungan minggu buku sudah bisa terbit. Karena memang, penerbit indie tidak fokus pada selera pasar yang banyak menuntut ini dan itu.Penerbit indie menerbitkan karya yang penulisnya yakin karya tersebut adalah karya terbaiknya dan layak diterbitkan sehingga tidak memiliki pertimbangan rumit dalam menerbitkan buku.

5. Royalti
Kebanyakan penerbit mayor mematok royalti penulis maksimal 10% dari total penjualan. Biasanya dikirim kepada penulis setelah mencapai angka tertentu atau setelah 3-6 bulan penjualan buku. Sedangkan penerbit indie umumnya 15-20%  dari harga buku. Dipasarkan dan dijual penulis lewat facebook, Instagram, Whatsapp grup, Twitter, dan sebagainya.

6. Biaya Penerbitan
Untuk penerbit mayor biaya penerbitan gratis. Itulah sebabnya mereka tidak bisa langsung menerbitkan buku begitu saja sekalipun buku tersebut dinilai bagus oleh mereka. Seperti yang sudah disebut di atas, penerbit mayor memiliki pertimbangan dan tuntutan yang banyak untuk menerbitkan sebuah buku karena jika buku tersebut tidak laku terjual, kerugian hanya ada di pihak penerbit. Sedangkan di penerbit indie Berbayar sesuai dg aturan masing-masing penerbit. Antara penerbit satu dengan yang  lain berbeda. Karena pelayanan dan mutu buku yg diterbitkan tidak sama.

Sudah menjadi sebuah keniscayaan jika setiap penulis pasti ingin menerbitkan karya – karya tulisnya agar dapat dibaca dan dinikmati oleh khalayak umum. Pilihan untuk menerbitkan buku di penerbit mayor atau indie ada di tangan masing – masing. Namun agaknya memang jika ingin menerbitkan buku di penerbit mayor kriterianya lebih rumit dibandingkan dengan menerbitkan buku melalui penerbit indie. Dan untuk penulis pemula alangkah baiknya menerbitkan buku melalui penerbit indie terlebih dahulu. Sembari belajar dan mengasah kemampuan menulis dengan lebih baik lagi.