Resume ke : 29
Gelombang : 29
Tanggal : 30 Agustus
2023
Tema : Usaha
Penerbitan Buku
Narasumber : Mukminin,
M.Pd
Definisi Usaha Penerbitan Buku
Usaha
penerbitan buku adalah kegiatan bisnis yang melibatkan proses produksi,
distribusi, dan pemasaran buku-buku ke berbagai target pasar. Usaha ini
mencakup berbagai aspek dalam industri penerbitan, termasuk penulisan,
penyuntingan, desain, pencetakan, dan penjualan buku. Berikut adalah beberapa
poin penting dalam pengertian usaha penerbitan buku:
1. Produksi
Konten: Usaha penerbitan buku dimulai dengan proses produksi konten. Ini bisa
berupa buku fiksi, non-fiksi, buku pelajaran, panduan, dan berbagai jenis
lainnya. Penulis atau peneliti biasanya bertanggung jawab untuk menciptakan isi
buku.
2. Penyuntingan
dan Revisi: Setelah konten awal dibuat, buku perlu melewati tahap penyuntingan
dan revisi. Ini mencakup pengoreksian tata bahasa, peningkatan alur cerita
(untuk buku fiksi), dan verifikasi fakta (untuk buku non-fiksi).
3. Desain
Grafis: Desain grafis buku sangat penting untuk menciptakan tampilan visual
yang menarik dan profesional. Ini meliputi pemilihan jenis huruf, tata letak,
ilustrasi, dan sampul buku.
4. Pencetakan:
Setelah desain grafis selesai, buku harus dicetak. Penerbit dapat mencetak buku
dalam jumlah yang berbeda-beda tergantung pada permintaan pasar. Proses
pencetakan bisa dilakukan secara tradisional atau digital.
5. Distribusi:
Setelah buku selesai dicetak, penerbit harus mendistribusikannya ke berbagai
saluran penjualan. Ini bisa mencakup penjualan melalui toko buku fisik,
penjualan online, atau distribusi ke lembaga pendidikan, perpustakaan, dan
lainnya.
6. Pemasaran:
Salah satu aspek kunci dalam usaha penerbitan buku adalah pemasaran. Penerbit perlu
mengembangkan strategi pemasaran untuk menarik perhatian pembaca potensial. Ini
bisa mencakup promosi online, iklan, ulasan buku, dan lainnya.
7. Manajemen
Keuangan: Penerbit juga harus mengelola aspek keuangan bisnis, termasuk
perencanaan anggaran, pembiayaan produksi buku, dan menghitung laba rugi.
8. Lisensi
dan Hak Cipta: Penerbit juga perlu mengurus masalah hukum terkait hak cipta dan
lisensi untuk karya yang diterbitkan.
9. Pemantauan
Pasar: Penerbit perlu mengikuti tren pasar dan menyesuaikan produksi buku
mereka sesuai dengan permintaan dan perubahan dalam selera pembaca.
10. Pendukung Penulis: Bagian penting dari usaha
penerbitan buku adalah bekerja sama dengan penulis. Penerbit berperan sebagai
mitra dalam membantu penulis menghasilkan karya berkualitas dan memasarkannya.
Tentang ISBN dan QRCBN
ISBN
adalah singkatan dari International Standard Book Number, yaitu kode
pengidentifikasian yang sifatnya unik dan internasional untuk buku-buku yang
diterbitkan. ISBN terdiri dari 13 digit atau 10 digit, yang mencakup informasi
seperti identitas penerbit, negara penerbit, judul buku, edisi, dan format
penerbitan tertentu. ISBN diberikan oleh Badan Internasional ISBN yang
berkedudukan di London, Inggris. ISBN mempermudah manajemen inventaris,
distribusi, dan penjualan buku secara efisien di tingkat internasional. ISBN
juga membantu pembaca untuk menemukan dan membeli buku yang mereka inginkan
dengan lebih mudah. QRCBN adalah singkatan dari Quick Response Code Book
Number, yaitu sebuah teknologi pengidentifikasi sebuah buku yang berbentuk
Quick Response (QR) Code atau kode batang. QRCBN dikembangkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia2. QRCBN berisi informasi lengkap
dan detail tentang buku yang terbit, seperti judul buku, penulis, penerbit, tahun
terbit, daftar harga, sinopsis, ulasan, dan informasi lainnya. QRCBN dapat
dipindai melalui website resmi QRCBN atau menggunakan aplikasi pemindai QR Code
yang lainnya. QRCBN mempermudah akses cepat dan mudah terhadap informasi buku
kepada pembaca di Indonesia. QRCBN juga memiliki marketplace buku sendiri, yang
akan membuat buku mudah ditemukan dan dijual dalam bentuk ebook. QRCBN lebih
fokus pada aspek pemasaran dan pengalaman interaktif pembaca daripada aspek
pengelolaan dan pelacakan buku secara global.
Perbedaan ISBN dan QRCBN
Berikut
adalah beberapa perbedaan antara ISBN dan QRCBN:
1. ISBN
adalah kode pengidentifikasian yang sifatnya unik dan internasional, yang terdiri
dari 13 digit atau 10 digit. QRCBN adalah kode QR yang berisi informasi lengkap
dan detail tentang buku yang terbit.
2. ISBN
diberikan oleh Badan Internasional ISBN yang berkedudukan di London, Inggris.
QRCBN dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
3. ISBN
mencakup informasi seperti identitas penerbit, negara penerbit, judul buku,
edisi, dan format penerbitan tertentu. QRCBN mencakup informasi seperti judul
buku, penulis, penerbit, tahun terbit, daftar harga, sinopsis, ulasan, dan
informasi lainnya.
4. ISBN
mempermudah manajemen inventaris, distribusi, dan penjualan buku secara efisien
di tingkat internasional. QRCBN mempermudah akses cepat dan mudah terhadap
informasi buku kepada pembaca di Indonesia.
5. ISBN lebih fokus pada aspek pengelolaan dan
pelacakan buku secara global. QRCBN lebih fokus pada aspek pemasaran dan
pengalaman interaktif pembaca.
Syarat – Syarat Pengajuan ISBN
Berikut
adalah syarat mengajukan ISBN sebuah buku :
1. Penerbit
harus mempunyai link berbayar
2. Buku
yang diajukan nomor ISBN harus dikirim lengkap ke website penerbit lalu linknya
dikirim ke petugas ISBN Perpusnas :
- Cover buku
- Halaman awal buku
- Isi buku (sinopsis yang di cover belakang)
- Permohonan buku ISBN harus mengirim. Surat Pernyataan Keaslian Karya bermaterai 10.000 dan ditandatangani penulis mengetahui penanggung jawab penerbit dengan stempel penerbit
- Naskah buku yang sudah dilayout bentuk PDF lengkap atau utuh (Judul, Penulis dan penerbit)
- Buku Antologi dari 4 penulis.
- Buku antologi tentang literasi sekolah, kegiatan kelompok literasi ( Grup antologi kelompok penulis), laporan guru penggerak tidak bisa di-ISBNkan.
- Skripsi, Tesis, Disertasi, hasil penelitian (Best Practise), tidak bisa di-ISBNkan.
Penerbit
mayor adalah penerbit yang memiliki jangkauan nasional dan modal yang besar. Biasanya,
buku-buku yang diterbitkan oleh penerbit buku mayor akan dipasarkan secara
nasional, dengan sekali cetak, judul buku tersebut langsung dicetak dalam
jumlah besar untuk didistribusikan. Penerbit indie adalah penerbit yang
membantu para penulis untuk menerbitkan buku secara mandiri, tanpa harus
melalui proses seleksi yang ketat dari penerbit mayor. Penerbit indie biasanya
menawarkan biaya penerbitan yang relatif rendah, dengan fasilitas seperti ISBN,
editing, layout, desain sampul, dan distribusi online. Berikut perbedaan
penerbit mayor dan penerbit indie :
1. Jumlah
Cetakan
Penerbit
mayor mencetak bukunya secara masal.
Biasanya cetakan pertama sekitar 3000 eksemplar atau minimal 1000 eksemplar untuk
dijual di toko-toko buku. Sedangkan penerbit indie : hanya mencetak buku
apabila ada yang memesan atau cetak berkala yang dikenal dengan POD ( Print on
Demand) yang umumnya didistribusikan melalui media online Facebook, Twitter,
Instagram, Youtube, WA grup dll.
2. Pemilihan
Naskah yang Diterbitkan
Di
penerbit mayor naskah harus melewati beberapa tahap prosedur sebelum
menerbitkan sebuah naskah. Tentu saja, menyambung dari poin yang pertama,
penerbit mayor mencetak bukunya secara masal 1000 - 3000 eksemplar. Mereka
ekstra hati-hati dalam memilih naskah yang akan mereka terbitkan dan tidak akan
berani mengambil resiko untuk menerbitkan setiap naskah yang mereka terima.
Penerbit mayor memiliki syarat yang semakin ketat, harus mengikuti selera
pasar, dan tingginya tingkat penolakan. Sedangkan di penerbit indie tidak
menolak naskah. Selama naskah tersebut sebuah karya yang layak diterbitkan;
tidak melanggar undang-undang hak cipta karya sendiri, tidak plagiat, serta
tidak menyinggung unsur SARA dan pornografi, naskah tersebut pasti dterbitkan.
Penerbit indie merupakan alternatif baru bagi para penulis untuk membukukan
tulisannya.
3. Profesionalitas
Penerbit
mayor tentu saja profesional dengan banyaknya dukungan SDM di perusahaan besar
mereka. Penerbit indie pun profesional, tapi sering disalah artikan. Banyak
sekali anggapan menerbitkan buku di penerbit indie asal-asalan, asal
cetak-jadi-jual. Sebagai penulis, harus jeli memilih siapa yang akan jadi
penerbit. Jangan tergoda dengan paket penerbitan murah, tapi kualitas masih
belum jelas. Mutu dan manajemen pemasaran buku bisa menjadi ukuran penilaian
awal sebuah penerbitan. Kadang murah Cover kurang bagus, kertas dalam coklat
kasar bukan bookpaper ( kertas coklat halus).
4. Waktu
Penerbitan
Pada
penerbit mayor umumnya sebuah naskah diterima atau tidaknya
akan dikonfirmasi dalam tempo 1-3 bulan. Jika naskah diterima, ada giliran atau
waktu terbit yang bisa cepat, tapi ada juga yang sampai bertahun-tahun. Karena
penerbit mayor adalah sebuah penerbit besar, banyak sekali alur kerja yang
harus mereka lalui. Bersyukur kalau buku bisa cepat didistribusikan di semua
toko buku. Namun, jika dalam waktu yang ditentukan penjualan buku tidak sesuai
target, maka buku akan dilepas oleh distributor dan ditarik kembali oleh
penerbit. Sedangkan di penerbit indie segera memproses naskah yang diterima
dengan cepat. Dalam hitungan minggu buku sudah bisa terbit. Karena memang,
penerbit indie tidak fokus pada selera pasar yang banyak menuntut ini dan
itu.Penerbit indie menerbitkan karya yang penulisnya yakin karya tersebut
adalah karya terbaiknya dan layak diterbitkan sehingga tidak memiliki
pertimbangan rumit dalam menerbitkan buku.
5. Royalti
Kebanyakan
penerbit mayor mematok royalti penulis maksimal 10% dari total penjualan.
Biasanya dikirim kepada penulis setelah mencapai angka tertentu atau setelah
3-6 bulan penjualan buku. Sedangkan penerbit indie umumnya 15-20% dari harga buku. Dipasarkan dan dijual
penulis lewat facebook, Instagram, Whatsapp grup, Twitter, dan sebagainya.
6. Biaya
Penerbitan
Untuk
penerbit mayor biaya penerbitan gratis. Itulah sebabnya mereka tidak bisa
langsung menerbitkan buku begitu saja sekalipun buku tersebut dinilai bagus
oleh mereka. Seperti yang sudah disebut di atas, penerbit mayor memiliki
pertimbangan dan tuntutan yang banyak untuk menerbitkan sebuah buku karena jika
buku tersebut tidak laku terjual, kerugian hanya ada di pihak penerbit.
Sedangkan di penerbit indie Berbayar sesuai dg aturan masing-masing penerbit.
Antara penerbit satu dengan yang lain
berbeda. Karena pelayanan dan mutu buku yg diterbitkan tidak sama.
Sudah
menjadi sebuah keniscayaan jika setiap penulis pasti ingin menerbitkan karya –
karya tulisnya agar dapat dibaca dan dinikmati oleh khalayak umum. Pilihan
untuk menerbitkan buku di penerbit mayor atau indie ada di tangan masing –
masing. Namun agaknya memang jika ingin menerbitkan buku di penerbit mayor
kriterianya lebih rumit dibandingkan dengan menerbitkan buku melalui penerbit
indie. Dan untuk penulis pemula alangkah baiknya menerbitkan buku melalui
penerbit indie terlebih dahulu. Sembari belajar dan mengasah kemampuan menulis
dengan lebih baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar