Senin, 31 Juli 2023

Menyusun Buku Secara Sitematis

Resume ke : 15

Gelombang : 29

Tanggal : 28 Juli 2023

Tema : Langkah Menyusun Buku Secara Sitematis

Narasumber : Yulius Roma Patandean, S.Pd., M.Pd.

Moderator : Purbaniasita Kusumanig Sedyo, S.Pd


Tema pertemuan malam hari ini sangat menarik. Langkah menyusun buku secara sistematis. Bagaimana tidak menarik, kami semua peserta pelatihan pada akhirnya nanti harus menyusun sebuah buku untuk mendapatkan sertifikat pelatihan menulis ini. Disamping kami juga harus mengumpulkan resume pelatihan sebanyak 30 resume.

Malam hari ini pertemuan dipandu oleh moderator Purbaniasita Kusumanig Sedyo, S.Pd. Dengan narasumber pak Yulius Roma Patandean, S.Pd. Pak Yulius berasal dari Tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan. Beliau mempunyai banyak prestasi diantaranya adalah Pemenang ketiga lomba kreatifitas guru tingkat SMA pada Porseni PGRI prov. Sulawesi Selatan tahun 2017. Guru berprestasi jenjang SMA prov. Sulawesi Selatan tahun 2021. Peraih 2 medali emas dan 3 medali perunggu Gurulympic tahun 2020. Dan masih banyak prestasi lain yang beliau dapatkan.

Naskah buku yang tertata/tersusun dengan baik memudahkan penulis untuk menambahkan, mengurangi, dan merombak naskah jika dianggap tidak sesuai dengan tema yang diangkat. Terdapat sejumlah aplikasi/software yang bisa digunakan untuk membuat naskah buku tersusun secara sistematis. Diantaranya menggunakan Mandeley dan Zotero.

Cara Otomatis Membuat Daftar Isi, Kutipan, Indeks, Dan Daftar Pustaka
Uraian langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :
  1. Mulailah dengan membuat kerangka tulisan yang terdiri dari judul, kata pengantar, prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, bab dan sub bab, indeks, dan daftar pustaka.
  2. Setelah kerangka tulisan selesai, blok teks yang telah dibuat, lalu klik opsi "Heading 1" untuk menandai judul atau bagian utama.
  3. Tentukan ukuran kertas yang akan digunakan untuk dokumen.
  4. Pisahkan setiap bagian sesuai dengan kerangka tulisan yang telah dibuat sebelumnya.
  5. Tambahkan penomoran halaman dengan mengklik "Insert" dan pilih "Page Number."
  6. Untuk membedakan penomoran pada daftar isi dengan bagian-bagian dalam bab, letakkan kursor di belakang kata "Bab 1," lalu pilih "Page Layout," klik "Breaks," pilih "Sections Breaks," dan pilih "Next Page." Setelah itu, klik "Page Number" dan pilih jenis penomoran yang ingin digunakan.
  7. Untuk membuat daftar isi otomatis, pergi ke menu "References," lalu pilih "Table of Contents."
  8. Untuk menciptakan daftar pustaka secara otomatis, setiap kali Anda menyertakan informasi dari narasumber, klik "References," pilih "Manage Sources," dan pilih gaya penulisan APA edisi keenam. Klik "New," lalu pilih "Book." Selanjutnya, masukkan nama penulis buku pada kolom "Author," judul buku pada kolom "Title," tahun penerbitan pada kolom "Year," nama kota pada kolom "City," dan penerbit pada kolom "Publisher." Dengan demikian, daftar pustaka akan terisi secara otomatis.
Cara-cara di atas akan memudahkan Anda dalam membuat daftar isi, kutipan, indeks, dan daftar pustaka secara otomatis dalam dokumen kita (selengkapnya di https://youtu.be/eePQwyHAcjw )

Cara Otomatis Membuat Judul Bab Dan Sub Bab Pada Tulisan
Uraian langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :
  1. Langkah pertama adalah menyiapkan naskah buku yang akan dibuat menggunakan Microsoft Word.
  2. Setelah itu, pergi ke "Page Layout" dan pilih ukuran kertas yang akan digunakan.
  3. Selanjutnya, pilih margin yang sesuai dengan keinginan Anda dari menu "Page Layout."
  4. Untuk membuat judul bab, blok teks yang berisi judul, lalu pergi ke tab "Home" dan pilih "Heading 1."
  5. Agar judul berada di tengah, pilih opsi "Center" dan ubah warna tulisannya menjadi hitam (black).
  6. Untuk membuat sub judul, gunakan opsi "Heading 2" di tab "Home." Untuk sub judul berikutnya, pilih "Heading 3."
  7. Terakhir, untuk membuat daftar isi secara otomatis, arahkan kursor di bawah daftar isi, lalu pilih "References" dan pilih "Table of Contents."
Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, Anda dapat membuat judul bab dan sub bab secara otomatis pada tulisan Anda menggunakan Microsoft Word. (selengkapnya di  https://youtu.be/jXPr59aWJSc)

Cara Membuat Indeks Tulisan Pada Buku
Uraian langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :
  1. Pertama, siapkan naskah tulisan Anda dalam format Word.
  2. Blok teks yang akan dijadikan sebagai entri indeks, kemudian pilih menu "File" dan klik "Heading 1."
  3. Atur ukuran dan warna tulisan sesuai preferensi Anda
  4. Selanjutnya, pergi ke menu "References," kemudian blok kata yang akan dimasukkan ke dalam indeks, dan pilih "Mark Entry." Masukkan kata yang ingin Anda simpan di indeks.
  5. Pada halaman indeks, pergi ke menu "References," pilih "Insert Index," dan klik "OK." (Selengkapnya di https://youtu.be/jXPr59aWJSc)
Setiap orang memiliki cara tersendiri dalam menyusun naskah buku secara sistematis. Namun tidak mengapa jika kita mencoba membuat simulasi dan percobaan menggunakan fasilitas yang telah tersedia di komputer kita. Seringlah menengok naskah milik teman , baca dan lakukan perubahan pada naskah jika dibutuhkan.

Naskah buku yang telah disusun dengan baik akan memberikan kemudahan bagi tim editor di percetakan untuk menerbitkannya. Meskipun ada tim editor yang sudah tersedia, akan bermanfaat jika teman-teman juga mempertimbangkan untuk belajar menjadi editor naskah sendiri. Terdapat banyak hal yang dapat dipelajari dari proses tersebut. Rasa percaya diri terhadap naskah buku kita akan terlahir dengan sendirinya saat kita membaca naskah buku kemudian menyusunnya secara sistematis.

Setiap awal menulis buku pasti ada tantangannya. Namun itulah yang membuat usaha menerbitkan buku lebih menarik dan bermakna. Seperti biasa pertemuan diakhiri dengan sesi tanya jawab. Tetapi kali ini pertanyaan dari para peserta konon akan dijawab via email oleh narasumber. Dikarenakan narasumber sedang kurang enak badan. Cepat pulih dan sehat kembali pak Yulius Roma Patandean, S.Pd., M.Pd. Tetap sehat dan tetap semangat serta jangan lupa bahagia.





Jumat, 28 Juli 2023

Menulis Buku Non Fiksi

Resume ke : 14

Gelombang : 29

Tanggal : 26 Juli 2023

Tema : Konsep Buku Non Fiksi

Narasumber : Musiin, M.Pd

Moderator : Lely Suryani, S.Pd.SD


Buku nonfiksi adalah karya literatur yang dihasilkan berdasarkan fakta dan realitas. Buku semacam ini berisi informasi, pengetahuan, atau wawasan tentang suatu topik tertentu. Maksud dari penulisan buku nonfiksi adalah untuk menghadirkan penemuan baru atau pengembangan dari pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Demikian kata-kata pengantar pada awal pembukaan pertemuan malam hari ini.

Tidak seperti biasanya flyer atau poster digital untuk pertemuan malam hari ini dibagikan agak mepet dengan dimulainya pertemuan. Entah apa sebabnya saya sendiri kurang paham. Mungkin ibu narasumber dan moderator ingin memberikan kejutan pada kami semua sebagai peserta?Entahlah…

Moderator pada malam hari ini adalah ibu Lely Suryani, S.Pd.SD. Dengan narasumber ibu Musiin, M.Pd. Musiin, atau yang akrab disapa Bu Iin oleh teman-teman di sekitarnya, memiliki minat dalam membaca buku, menulis, bepergian, dan memasak. Dia dilahirkan di kota Tahu Takwa Kediri dan merupakan seorang guru Bahasa Inggris. Selain itu, Bu Iin juga menjabat sebagai Kepala Sekolah di SMPN 3 Grogol.

Bu Musiin adalah alumni kelas belajar menulis angkatan 8 yang dibentuk bersamaan dengan terjadinya pandemic Covid-19. Bu Musiin berhasil menyelesaikan tantangan dari Prof. Eko dan bersama teman-temannya berhasil menerbitkan buku yang berjudul Literasi Digital Nusantara. Meningkatkan Daya Saing Generasi.

Dan Poynter seorang penulis, konsultan, penerbit, pembicara profesional dan perancang parasut asal Amerika telah menciptakan sebuah buku yang sangat populer dan menjadi acuan bagi para penulis pemula, yang berjudul "Is There A Book Inside You?". Buku ini menggambarkan bahwa setiap orang memiliki pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan yang berharga dalam diri mereka. Selama hidup, kita telah melewati banyak momen berharga, baik yang pahit maupun manis, yang telah membentuk perjalanan hidup kita. Oleh karena itu, keputusan untuk mengungkapkan pengalaman tersebut dalam bentuk buku sepenuhnya terletak pada individu masing-masing. Beberapa mungkin memilih untuk berbagi melalui pengajaran di kelas atau hanya dalam bentuk obrolan dan cerita kepada anak cucu mereka, tanpa meninggalkan jejak keabadian yang tertulis dalam buku.

Seorang penulis harus memiliki motivasi yang jelas terkait tujuan dia menjadi penulis. Karena menulis bukanlah hal yang mudah apalagi bagi orang yang tidak gemar membaca. Menulis adalah keterampilan produktif yang membutuhkan modal. Modalnya yaitu membaca dan mengamati fenomena di sekitar penulis. Jadi sebelum menulis seorang penulis wajib memiliki memiliki alasan untuk apa dia menulis.

Kutipan dari Al Ghazali cukup menarik untuk dijadikan inspirasi tentang motivasi seorang penulis. Al Ghazali berkata : “Jika kau bukan anak raja, jika bukan anak ulama besar, maka menulislah”. Dewasa ini menulis sebetulnya sangat berarti dalam kehidupan sehari-hari. Misal dalam kegiatan membuat konten itu merupakan derivat atau turunan dari keterampilan menulis. Konten kreator tidak akan menghasilkan karya kreatif jika jika tidak didahului oleh konsep tertulis.

1.     Pengertian Buku Nonfiksi

Buku Nonfiksi merupakan karya tulis berdasarkan pada fakta dan kenyatan. Isi dari buku nonfiksi mencakup informasi, pengetahuan, dan wawasan. Tujuan dari penulisan buku nonfiksi adalah untuk menyajikan temuan-temuan baru atau mengembangkan informasi yang telah ada sebelumnya.

2Ciri Buku Nonfiksi

Berikut merupakan ciri – ciri buku nonfiksi :

  • Menggunakan bahasa formal.
  • Makna yang disampaikan adalah makna denotasi.
  • Ditulis berdasarkan fakta.
  • Tulisan berbentuk tulisan ilmiah popular.
  • Menghasilkan temuan baru dan menyempurnakan ide temuan lama.
  • Penulis memberikan analisis dan interpretasi intelektual dari data yang disajikan dalam tulisannya.

3. Jenis-Jenis Buku Nonfiksi

Setidaknya Ada 2 jenis buku nonfiksi

Buku Nonfiksi Murni

Buku nonfiksi murni adalah buku yang berisi kumpulan data otentik yang dikembangkan menjadi sebuah buku. Data-data tersebut berasal dari teori, wawancara penulis, observasi, angket dan bukti lainnya. Contoh buku nonfiksi murni biasanya kita temukan pada skripsi, disertasi,  artikel, feature, dan lain – lain.

Buku Nonfiksi Kreatif

Buku Nonfiksi Kreatif adalah buku yang berisi data-data otentik yang kemudian dikembangkan dengan bumbu-bumbu kreatif dari pengarang. Contoh buku nonfiksi kreatif adalah biografi, autobiografi, memoar, buku motivasi, pengembangan diri/psikologi, buku panduan/manual, buku pelajaran/buku teks/pendamping, encyclopedia/kamus, buku catatan perjalanan.

Kita semua sudah memiliki buku nonfiksi. Untuk saat ini yang lagi populer dan banyak dicari adalah cara merumuskan CP menjadi TP, ATP dan Modul Ajar. Dalam penulisan buku nonfiksi ada 3 pola yakni:
  • Pola Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit). Contoh: Buku Pelajaran
  • Pola Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses. Contoh: Buku Panduan.
  • Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antar bab setara).

4Proses Penulisan Buku Nonfiksi

Proses penulisan buku terdiri dari 4 langkah :

    a. Langkah Pertama Pratulis yang terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut :
  • Menentukan tema
Tema bisa ditentukan satu saja dalam sebuah buku. Contoh tema dari buku nonfiksi adalah parenting, pendidikan, motivasi dll.
  • Menemukan ide
Untuk melanjutkan dari tema menjadi sebuah ide yang menarik, penulis bisa mendapatkan dari berbagai hal, contohnya : Pengalaman pribadi, Pengalaman orang lain, Berita di media massa, Status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram, Imajinasi, Mengamati lingkungan, Perenungan, Membaca buku.
  • Merencanakan jenis tulisan
  • Mengumpulkan bahan tulisan
  • Bertukar pikiran
  • Menyusun daftar
  • Meriset
  • Membuat Mind Mapping
  • Menyusun kerangka
Setiap buku pasti mempunyai anatomi. Anatomi buku adalah istilah yang merujuk pada berbagai bagian elemen yang membentuk suatu buku. Berikut adalah anotomi buku nonfiksi :
  • Halaman Judul
  • Halaman Persembahan (opsional)
  • Halaman Daftar Isi
  • Halaman Kata Pengantar (opsional, minta kepada tokoh yang berpengaruh)
  • Halaman Prakata
  • Halaman Ucapan Terima Kasih (opsional)
  • Bagian /Bab
  • Halaman Lampiran (opsional)
  • Halaman Glosarium
  • Halaman Daftar Pustaka
  • Halaman Indeks Halaman Tentang Penulis
Anatomi buku ini penting terutama jika kita mempunyai keperluan untuk mendapatkan sertifikat sebagai penulis. Hal ini kelak akan ditanyakan oleh asesor.

b. Langkah kedua menulis draf, terdiri dari menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas, tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan

c. Langkah ketiga merevisi draf, terdiri dari merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian, memeriksa gambaran besar dari naskah.

d. Langkah keempat menyunting naskah agar sesuai dengan KBBI dan PUEBI. Meliputi Ejaan,  Tata bahasa, Diksi, Data dan fakta, Legalitas dan normal. Di langkah keempat ini kita bisa melibatkan orang lain untuk menyunting tulisan kita.

5. Hambatan Dalam Menulis dan Cara Mengatasinya

Ada berbagai hambatan yang biasanya dialami seseorang saat menulis buku non fiksi. Hambatan itu antara lain hambatan waktu, hambatan kreativitas, hambatan teknis, hambatan tujuan, hambatan psikologis. Adapun cara mengatasi hambatan tersebut yaitu dengan cara banyak membaca, mencari inspirasi di lingkungan sekitar, orang sekitar atau terkait dengan nara sumber, serta disiplin menulis setiap hari. Menulis resume pelatihan sebanyak 30 kali dalam pelatihan ini tujuannya juga untuk untuk mengasah keterampilan menulis para peserta. Demikianlah materi pada pertemuan malam hari ini. Pertemuan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab antara peserta dengan narasumber.






Selasa, 25 Juli 2023

Kaidah Menulis Pantun

Resume ke : 13

Gelombang : 29

Tanggal : 24 Juli 2023

Tema : Kaidah Pantun

Narasumber : Miftahul Hadi, S.Pd

Moderator : Gina Dwi Septiani, S.Pd., M.Pd



“Izinkan saya menyampaikan sebuah pantun,

Pergi ke pasar membeli delima
 
Pulangnya mampir ke toko zaitun
 
Marilah kita sambut bersama-sama
 
Mas Miftah narasumber Kaidah Pantun”

Demikian pantun pembuka yang disampaikan oleh moderator malam hari ini. Pertemuan Ke-13 akan membahas tema seputar kaidah pantun. Moderator malam hari ini adalah ibu Gina Dwi Septiani, S.Pd., M.Pd. Beliau akan berduet dengan narasumber malam hari ini pak Miftahul Hadi, S.Pd. Mas Mif sapaan akrab beliau mengajar di SD Negeri Raji 1 Demak. Beliau guru penggerak angkatan 5 dan menjadi Finalis Festival Pantun Pendidikan Negeri Serumpun (Kategori Guru) tingkat ASEAN.

1.     Sekilas Tentang Pantun Di Berbagai Daerah

Berbicara soal pantun, pasti ingatan kita langsung tertuju pada saudara kita di pulau Sumatera yaitu suku bangsa Melayu. Namun sebenarnya pantun tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Menurut Suseno (2006) di Tapanuli, pantun dikenal dengan nama ende-ende.

Contoh:

Molo mandurung ho dipabu,

Tampul si mardulang-dulang,

Molo malungun ho diahu,

Tatap siru mondang bulan.


 Artinya:

Jika tuan mencari paku,

Petiklah daun sidulang-dulang,

Jika tuan rindukan daku,

            Pandanglah sang bulan purnama.

Sedangkan di Sunda, pantun dikenal dengan nama paparikan.

Contoh:

Sing getol nginam jajamu,

Ambeh jadi kuat urat,

Sing getol naengan elmu,

Gunana dunya akhirat.


 Artinya:

Rajinlah minum jamu,

Agar kuatlah urat,

Rajinlah menuntut ilmu,

Berguna bagi dunia akhirat

Pada masyarakat Jawa, pantun dikenal dengan sebutan parikan.

 

Contoh:

Kabeh-kabeh gelung konde,

Kang endi kang gelung Jawa,

Kabeh-kabeh ana kang duwe,

Kang endi sing durung ana.


 Artinya:

Semua bergelung konde,

Manakah yang gelung Jawa,

Semua telah ada yang punya,

Mana yang belum dipunya.

Pada tahun 2014, pantun telah diakui secara resmi sebagai bagian dari warisan budaya tak benda di tingkat nasional. Lalu, pada tanggal 17 Desember 2020, pantun juga mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya tak benda dalam sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage. Meskipun telah diakui sebagai warisan budaya tak benda, penetapan tersebut tidak berarti kita boleh berdiam diri. Sebaliknya, untuk menjaga pantun sebagai bagian dari warisan budaya tak benda dunia, kita harus terus mengkaji dan menulis pantun agar tetap hidup dan lestari di kalangan masyarakat.

Pantun seringkali dihadirkan dalam pidato atau sambutan. Namun, hal yang mengkhawatirkan adalah penggunaan pantun untuk tujuan mengolok-olok dan menyebarkan ujaran kebencian, seperti yang kerap kita saksikan dalam program televisi.

2.     Definisi Pantun

Berikut beberapa definisi pantun oleh para ahli :

  • Pantun menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) berasal dari kata “Pan” yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata “Tun” yang merujuk pada sifat santun. Kata “Tun” dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019).
  • Pantun berasal dari akar kata “TUN” yang bermakna “baris” atau “deret”. Asal kata Pantun dalam masyarakat Melayu-Minangkabau diartikan sebagai “Panutun”, oleh masyarakat Riau disebut dengan “Tunjuk Ajar” yang berkaitan dengan etika (Mu’jizah, 2019).
  • Pantun termasuk puisi lama yang terdiri dari empat baris atau rangkap, dua baris pertama disebut dengan pembayang atau sampiran, dan dua baris kedua disebut dengan maksud atau isi (Yunos, 1966; Bakar 2020).

3.     Kegunaan Pantun

Pantun tidak hanya berguna untuk komunikasi sehari-hari, tetapi juga memiliki beragam penggunaan lainnya seperti dalam sambutan pidato, ungkapan perasaan, lirik lagu, perkenalan, dan bahkan berceramah atau dakwah. Dalam upaya untuk mengembalikan marwahnya, pantun memiliki berbagai fungsi, di antaranya sebagai alat untuk memelihara bahasa. Pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan membantu dalam mempertahankan kelancaran alur berfikir.

Pantun juga berfungsi sebagai latihan untuk seseorang dalam berpikir tentang makna kata sebelum mengucapkannya. Melalui pantun, kemampuan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata-kata dapat terlihat dengan jelas. Meskipun demikian, secara keseluruhan, peran sosial pantun adalah sebagai alat yang memperkuat penyampaian pesan.

4.     Ciri – Ciri Pantun

Berdasarkan definisi di atas, mari kita kenali ciri-ciri pantun.

  • Satu bait terdiri atas empat baris
  • Satu baris terdiri atas empat sampai lima kata
  • Satu baris terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata
  • Bersajak a-b-a-b
  • Baris pertama dan kedua disebut sampiran atau pembayang Baris ketiga dan keempat disebut isi atau maksud

5.     Perbedaan Pantun, Syair dan Gurindam

Pantun terdiri dari 4 (empat) baris. Baris pertama dan kedua disebut sampiran Baris ketiga dan keempat disebut isi. Baris pertama dan kedua (sampiran) tidak berhubungan dengan baris ketiga dan keempat (isi). Bersajak A-B-A-B. Contoh pantun :

Berakit-rakit ke hulu

Berenang – renang ke tepian

Bersakit – sakit dahulu

Bersenang – senang kemudian

Syair terdiri dari 4 (empat) baris. Keempat barisnya saling berhubungan. Syair memiliki sajak A-A-A-A. Contoh syair:

Ke sekolah janganlah malas,

Belajar rajin di dalam kelas,

Jaga sikap janganlah culas,

Agar hati tak jadi keras.

Gurindam terdiri dari 2 (dua) baris. Baris pertama dan kedua merupakan sebab akibat yang memiliki keterkaitan. Bersajak A – A. Contoh gurindam :

Jika selalu berdoa berdzikir,

            Ringan melangkah jernih berpikir.

6.     Cara Mudah Membuat Pantun

Berikut adalah cara mudah untuk membuat pantun :

·       Memahami kaidah atau ciri – ciri pantun

Perhatikan pantun berikut :

Memotong rebung pokok kuini

Memotong talas akar seruntun

Mari bergabung di malam ini

Dalam kelas menulis pantun

Pantun di atas terdiri dari empat baris. Baris pertama terdiri dari empat kata, baris kedua terdiri dari empat kata, baris ketiga terdiri dari empat kata, baris keempat terdiri dari empat kata.

Baris pertama terdiri atas sepuluh suku kata. Baris kedua terdiri atas sepuluh suku kata. Baris ketiga terdiri atas sepuluh suku kata. Baris keempat terdiri atas sepuluh suku kata.

·       Menguasai perbendaharaan kata

·       Menulis isi pantun

·       Menulis sampiran pantun

Demikianlah uraian materi pada malam hari ini. Materi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.




Sabtu, 22 Juli 2023

Proofreading Sebelum Menulis

Resume ke : 12

Gelombang : 29

Tanggal : 21 Juli 2023

Tema : Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan

Narasumber : Susanto, S.Pd

Moderator : Sim Chung Wei, S.P


Proofreading sebelum menerbitkan tulisan? Apa ya kira-kira? Pertanyaan yang terlintas dalam benakku saat moderator pak Sim Chung Wei, S.P membuka pertemuan malam hari ini. Narasumber malam hari ini adalah pak Susanto, S.Pd. Pak Susanto akrab disapa PakDSus. Lahir di Desa Gombong, Kebumen tahun 1971. Beliau adalah seorang guru di SDN Mardiharjo Kabupaten Musi Rawas Sumatra Selatan. Seperti narasumber pada pertemuan – pertemuan sebelumnya beliau banyak menelurkan karya-karya yang sangat luar biasa. Dan tidak diragukan lagi kemampuannya di bidang tulis menulis. Berikut inti materi pada pertemuan malam hari ini.

1. Pengertian Proofreading atau Mengoreksi Tulisan
Proofreading adalah membaca ulang kembali untuk memeriksa sebuah tulisan agar diketahui ada atau tidak adanya kesalahan. Kesalahan yang acapkali dikoreksi dalam proofreading antara lain salah pengetikan atau ejaan, penggunaan tanda baca, konsistensi dalam penggunaan nama atau istilah, dan logika dari sebuah tulisan.

2. Jenis – Jenis Kesalahan Yang Perlu Dikoreksi
Saltik (Salah Pengetikan) atau Ejaan diantaranya sebagai berikut :
  1. Typo Insidental adalah kesalahan mengetik solusinya dengan cukup diperbaiki.
  2. Typo Individual kecenderungan pribadi misalnya menulis kata buku pada awal kalimat selalu Buku.
  3. Typo Automatical yaitu koreksi otomatis dari aplikasi. Contoh : bisa menjadi bias, sosial menjadi sosial, asma menjadi atsma. 
  4. Typo Konseptual bukan salah ketik melainkan salah konsep. Contoh : karier menjadi karir, tanda titik sesudah  tanda seru atau tanda tanya.
Setelah kita mengetahui ada salah ketik kemudian kita memeriksa ejaan sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Adapun yang perlu kita perhatikan dalam memeriksa kembali pemggunaan EYD diantara meliputi penggunaan huruf, penulisan kata, penggunaan tanda baca dan penulisan unsur serapan. Contoh :

Naskah asli :
Saya akhirnya berpikir siapa yang akan memilihkan batu nisan buatku jika sudah meninggal. Semandiri apapun orang, akhir hidupnya mesti ada yang membatu memilihkan batu nisan yang tepat.

Naskah perbaikan :
Saya akhirnya berpikir siapa yang akan memilihkan batu nisan buatku jika sudah meninggal. Semandiri apa pun orang, akhir hidupnya mesti ada yang membantu memilihkan batu nisan yang tepat.

3. Penyebab Perlunya Proofreading atau Mengoreksi Tulisan
Mengapa proofreading atau mengoreksi tulisan perlu dilakukan? karena penulis kadang kesulitan menemukan kesalahan atau merasa tulisan tersebut sudah benar dan layak untuk diterbitkan. Akibat penulis kadang kesulitan menemukan kesalahan atau merasa tulisan tersebut sudah benar dan layak untuk diterbitkan maka perlu mengoreksi tulisan setelah tulisan dibuat. Jangan mengoreksi tulisan pada saat menulis atau pada saat tulisan belum selesai. Proses proofreading atau mengoreksi bisa dilakukan penulis sendiri atau orang lain (profesional).

4. Cara – Cara Melakukan Proofreading Naskah Sendiri (Swasunting)
Cara melakukan proofreading sendiri adalah sebagai berikut :
  1. Menetralkan perasaan terhadap tulisan sendiri, diamkan naskah beberapa waktu.
  2. Membaca dulu seluruh naskah yang sudah ditulis sebelum mengedit agar tidak salah asumsi.
  3. Memeriksa salah ketik (typo), istilah, EYD, struktur, kelogisan.
  4. Membaca dengan bersuara (enak dan mengalir)
Contoh :
Sepanjang hari bapak bekerja hingga lembur larut malam. Akupun bangga punya ayah pekerja keras. Akibatnya karirnya melesat. Tapi saya sangat amat kaget saat mendengar teman bercerita saat makan di sebuah Cafe Starbuck.

Perbaikannya :
Sepanjang hari bapak bekerja lembur larut malam. Aku pun bangga punya ayah pekerja keras. Akibatnya kariernya melesat. Tapi saya sangat kaget saat mendengar teman bercerita. Pada saat makan di sebuah Cafe Starbuck.

Pada kondisi tertentu, sesuatu yang panjang sangat disukai. Tali yang panjang untuk mengikat sesuatu yang besar adalah contohnya. Bagaimana halnya dengan kalimat? Apakah kalimat yang baik adalah kalimat yang panjang yang berisi banyak pesan dan disampaikan sekaligus? Pada kenyataannya kalimat yang panjang terkadang justru menyulitkan pembaca untuk memahaminya. Itulah sebabnya kita perlu mengkoreksi kalimat tersebut agar benar dan efektif serta tidak terjadi pemborosan kata.

Nah, demikianlah langkah – langkah dalam melakukan proofreading. Memang sebagai seorang penulis kita dituntut untuk memiliki kesabaran yang tinggi. Karena dengan kesabaran itulah tulisan kita akan menjadi tulisan yang bagus dan enak dibaca. Termasuk dalam konteks proofreading ini. Juga harus sabar dan teliti. Menurut saya pribadi akan lebih baik jika proses proofreading dilakukan oleh orang lain (profesional). Sehingga proses proofreading akan jauh lebih objektif dan menghindari unsur subjektif seperti jika misalnya kita menyunting tulisan kita sendiri. 

Sampailah diujung pada pertemuan malam hari ini. Narasumber dan moderator hebat yang selalu menginspirasi peserta agar terus berkembang menjadi penulis yang semakin baik. Seperti biasanya pertemuan diakhiri dengan sesi tanya jawab. Terimakasih pak Susanto dan koko Sim. Tetap sehat tetap semangat dan jangan lupa bahagia.


Kamis, 20 Juli 2023

Majalah Sekolah Sebagai Media Publikasi Sekolah

Resume ke : 11

Gelombang : 29
 
Tanggal : 19 Juli 2023
 
Tema : Mengelola Majalah Sekolah
 
Narasumber : Widya Setianingsih, S.Ag 

Moderator : Nur Dwi Yanti, M.Pd


Widya Setianingsih, S.Ag dan Nur Dwi Yanti, M.Pd beliau berdua akan berduet pada malam hari ini untuk mengisi materi dengan tema mengelola majalah sekolah. Terbersit dalam benakku majalah sekolah apakah sama dengan majalah dinding yang selama ini aku lihat ada di sekolah-sekolah?

Narasumber ibu Widya Setianingsih, S.Ag asli kelahiran kota Malang. Kuliah S1 di UIN Maliki Malang Fakultas Pendidikan Agama Islam. Saat ini mempunyai keseharian sebagai seorang guru di MI Khadijah Malang dan kerap mengajar kelas 1 dan 2. Beliau juga sudah menelurkan banyak karya berupa buku yang sangat hebat dan sangat menginspirasi.

Tak akan mundur, sebelum resume meluncur. Pantang menyerah sebelum buku solo tercipta. Demikian ibu Widya membuka pertemuan malam hari ini. Kata-kata motivasi yang cukup menarik khususnya bagi kami ini peserta yang masih amatir di dunia tulis menulis. Bagaimanapun juga satu ons tindakan lebih berarti dari pada satu ton pemikiran. Bu Widya melanjutkan kalimat motivasinya untuk menegaskan bahwa kami para peserta harus tetap semangat dan take action segera dalam duni tulis menulis. Jangan hanya dipikirkan tapi dikerjakan.

Setiap sekolah pasti ingin dikenal oleh khalayak masyarakat luas entah itu sekolah negeri ataupun swasta. Sekolah sebagai lembaga formal memerlukan Majalah Sekolah sebagai media promosi, sosialisasi dan komunikasi kepada semua pihak baik itu orang tua mapun pihak-pihak masyarakat luas.

Bu Widya menceritakan tentang jatuh bangunnya beliau merintis majalah sekolah di tempatnya mengajar yang bernama Majalah Kharisma. Bertahan selama dua tahun lalu sempat vakum di tahun ketiga karena banyaknya kendala, utamanya SDM dan dana yang terbatas. Dua tahun vakum dan selama masa vakum itu pengelola majalah berbenah dan akhirnya kembali merintis dengan nama baru “Kharisma Reborn”. Kata kuncinya adalah jangan menyerah dan terus upayakan yang menjadi tujuanmu. Membangun komitmen dan selalu konsisten.

Majalah menurut KBBI adalah Terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik, pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui pembaca. Berdasarkan waktu terbitnya majalah dibedakan atas majalah bulanan, majalah tengah bulanan, majalah mingguan dan sebagainya. Sedangkan menurut isinya majalah dapat dibedakan menjadi majalah berita, anak-anak, wanita, remaja, olahraga, sastra, ilmu pengetahuan tertentu, dan sebagainya. Berikut hal-hal penting terkait majalah sekolah :

Langkah-Langkah Menerbitkan Majalah Sekolah
Untuk mendirikan majalah sekolah bisa mengikuti langkah – langkah sebagai berikut :
  • Menyatukan ide dan gagasan. Mencari teman-teman yang memiliki jiwa literasi dan organisasi.
  • Membentuk susunan redaksi majalah
  • Mengajukan Proposal. Membuat proposal meliputi latar belakang, tujuan, susunan redaksi, anggaran dana dan sebagainya.
  • Membuat rancangan majalah. Menentukan nama majalah, isi berita, pendanaan dll. Mencari rekanan pendukung. Percetakan, sponsor dan lain-lain.
Susunan Redaksi Majalah Sekolah
Sebuah majalah sekolah yang baik harus memiliki susunan redaksi yang tertib. Adapun susunan redaksi majalah sekolah antara lain sebagai berikut :
  • Penasehat dari unsur Yayasan Sekolah/Komite Sekolah. Tugas penasehat adalah memberikan segala pertimbangan terhadap segenap crew tentang majalah sekolah.
  • Penanggung Jawab dijabat oleh kepala sekolah. Tugas penanggung jawab yaitu bertanggung jawab atas keseluruhan jalannya penerbitan pers, baik ke dalam maupun ke luar. Ia dapat melimpahkan pertanggungjawabannya kepada Pemimpin Redaksi sepanjang menyangkut isi penerbitan (redaksional).
  • Pimpinan redaksi berasal dari guru yang ditunjuk. Pemimpin Redaksi (Editor in Chief) bertanggung jawab terhadap mekanisme dan aktivitas kerja keredaksian sehari-hari. Ia harus mengawasi isi seluruh rubrik media massa yang dipimpinnya.
  • Editor bertanggung jawab untuk urusan swa sunting tulisan, proofreading dan mengedit semua tulisan.
  • Reporter merupakan “prajurit” di bagian redaksi. Mencari berita lalu membuat atau menyusunnya, merupakan tugas pokoknya.
  • Fotografer bertugas mengambil gambar peristiwa atau objek tertentu yang bernilai berita atau untuk melengkapi tulisan berita yang dibuat wartawan tulis.
  • Layout bertugas mendesain majalah, dan tata letaknya agar menjadi tampilan komunikatif dan menarik untuk disajikan.
  • Bendahara bertugas mengatur jalannya sirkulasi keuangan majalah sekolah.
Manfaat Majalah Sekolah
Majalah sekolah dewasa ini tentu memiliki banyak manfaat. Manfaat majalah sekolah antara lain sebagai berikut :
  • Sebagai sarana komunikasi sekolah dengan walimurid, dan siswa
  • Media komunikatif sekolah yang berisi berita-berita sekolah, informasi, pengetahuan dan hiburan.
  • Wadah kreativitas guru dan siswa dalam berkarya (menulis, menggambar dll)
  • Sarana publikasi sekolah di masyarakat Menjadi Kebanggaan sekolah dan menambah nilai plus sekolah terutama saat akreditasi.
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Menerbitkan Majalah
Berikut adalah hal – hal yang perlu diperhatikan saat akan menerbitkan majalah sekolah :
  • Membuat nama majalah. Buatlah nama yang unik, menarik dan mudah diingat. Bisa juga membuat nama majalah berupa singkatan nama sekolah, atau kata-kata yang menginspirasi. Contoh : SMART, MUTUALISTA, KONTAK, CAHAYA, KHARISMA.
  • Menentukan artikel yang akan ditampilkan.
    • Visi Misi Sekolah : Visi, misi sekolah masing-masing dituliskan di hal 2.
    • Salam Redaksi : Kata sapaan pimred pada pembaca, menyampaikan isi majalah secara singkat, tema majalah, kondisi teraktual saat itu.
    • Berita Sekolah : Kegiatan-kegiatan sekolah, misalnya peringatan PHBI-PHBN, kegiatan sekolah dll
    • Profil Guru : Dimuat secara bergiliran mulai dari kasek, wakasek, guru, staf pendidik.
    • Profil Siswa Berprestasi: Menampilkan siswa paling berpretasi.
    • Karya Siswa : Menampilkan tulisan siswa, puisi, cerpen, foto hasil karya siswa berupa kerajinan, gambar dll.
    • Kegiatan Siswa: Kegiatan outingclass, ataupun inclass. Misalnya outbound, praktek di kelas, unjuk kerja, game dll.
    • Kuis berhadiah: Disesuaikan dengan jenjang kelas. Untuk SD TTS, tebak gambar, dll. Dan berhadiah.
    • Prestasi Sekolah : menampilkan prestasi terbaru dari guru, siswa, dan sekolah. Info dan pengumuman: Info ujian, libur dan sebagainya.
  • Mengajukan ISSBN. Agar majalah kita memiliki hak paten, maka Mengajukan ISSBN sangatlah penting. Kita bisa menghubungi penerbit untuk membantu kita mendapatkan ISSBN.
  • Menentukan Bahasa yang dipakai dalam majalah. Sebelum menentukan bahasa yang akan kita pakai, kita harus mengetahui sasaran pasar kita yakni siswa-siswi kita dan walimurid. Saran :
    • Gunakan bahasa yang mudah dimengerti anak-anak.
    • Tidak menggunakan bahasa terlalu formal/kaku.
    • Gunakan bahasa keseharian dan pergaulan.
    • Selipkan bahasa-bahasa gaul yang lagi ngetrend (asalkan harus sopan). Misalnya : hay gaess, hai sobat (sapaan untuk para pembaca).
    • Gunakan bahasa komunikatif sehingga seolah-olah kita sedang berbincang dengan pembaca.
  • Carilah tema dari hal yang lagi booming atau ngetrend di lingkungan sekolah dan masyarakat. Isue-isue keseharian yang sedang booming di lingkungan sekolah dan masyarakat bisa kita gunakan sebagai tema. Misalnya : Tetap Berprestasi di Masa Pandemi. Semakin Berilmu Semakin Berakhlak, Lets go green, Raih Mimpi Setinggi Bintang, Hold Your Star, dan lain – lain.
  • Cover dan Layout Menarik. Fungsi dari cover majalah adalah untuk melindungi isi majalah. Mencerminkan tema dan isi majalah. Karena itu tampilan cover harus menarik pembaca. Hal yang perlu diperhatikan dalam Layout dan tata letak majalah :
    • Dibuat sesuai tema dan tingkatan usia pembaca (SD, SMP, SMA).
    • Praktis, simple, menarik dan memuat seluruh artikel dengan penataan padat tapi tidak sumpek.
    • Carilah guru yang berkompeten di IT sebagai tenaga layout dengan menggunakan aplikasi Corel.
    • Untuk cetak majalah tidak semuanya kita cetak warna, hal ini untuk menekan budget agat tidak terlalu tinggi. Bisa 8 halaman saja yang di cetak warna, yang lainnya cukup hitam putih saja.
  • Pembiayaan. Pembiayaan digunakan untuk biaya cetak majalah, membayar HR crew, pembelian hadiah kuiz dan lain – lain. Pembiayaan cetak majalah bisa di bagi menjadi 3 : Murni dari siswa yaitu siswa membeli majalah (dimasukkan di daftar ulang atau SPP), BOSDA : pembiayaan majalah bisa diambilkan dari dana BOSDA dengan kode rekening biaya cetak/penggandaan dan membayar honorarium. Sponsor : Bisa dengan menggandeng  walimurid yang ingin beriklan tentang usahanya dengan memasang iklan tersebut di majalah.
  • Percetakan. Tidak bisa dipungkiri percetakan merupakan faktor penting adanya majalah secara fisik.Akan tetapi bila tidak memungkinkan majalah dicetak karena beberapa hal misalnya pendanaan, situasi tidak bisa tatap muka karena pandemi maka majalah bisa juga disampaikan dalam bentuk online. Misalnya dishare dalam bentuk PDF melalui WhatsAp, Web sekolah, IG, Facebook dll. Bisa juga melalui aplikasi flipbook atau photoshop.
  • Upgrade Ilmu Secara Kontinue. Agar majalah selalu Uptodate maka harus ada jadwal untuk mengupgrade ilmu bagi para crew. Misalnya pelatihan menulis, pelatihan aplikasi Corel,Photoshop untuk layout dll dengan memberdayakan teman sejawat atau mendatangkan narasumber ahli.
  • Pupuk Kekompakan Team. Ibaratnya tubuh maka crew majalah adalah bagian team yang memiliki tugas sama pentingnya. Oleh karena itu team harus solid, terus pupuk kekompakan team. Saling mendukung dan mengisi kekurangan satu sama lain adalah kunci langgengnya sebuah team.
Demikian pemaparan materi malam hari ini oleh narasumber yang hebat beliau ibu Widya Setianingsih, S.Ag. Walaupun menurut saya pribadi menerbitkan majalah sekolah memerlukan komitmen yang tinggi dan bukan barang gampang khususnya untuk sekolah – sekolah yang dana BOS ataupun SDM gurunya terbatas. Mengingat majalah sekolah harus dikelola oleh sekelompok orang atau tim yang profesional dan solid. Tapi apapun itu materi malam malam hari ini cukup menarik dan menambah wawasan saya di dunia tulis menulis. Terimakasih ibu narasumber dan moderator. Tetap sehat tetap semangat dan jangan lupa bahagia.

Selasa, 18 Juli 2023

Tidak Ada Yang Sulit Dalam Menulis

Resume ke : 10

Gelombang : 29

Tanggal : 17 Juli 2023

Tema : Menulis Itu Mudah

Narasumber : Prof.Dr. Ngainun Naim

Moderator : Yandri Novita Sari, S.Pd


Menulis itu mudah. Aaahh masa sih mudah…. Benarkah semudah itu. Benar nggak bapak ibuk? Demikian salah satu kalimat pembuka dari moderator dipertemuan malam hari ini. Beliau adalah Yandri Novita Sari, S.Pd. Ada satu hal yang menarik perhatian saya, yaitu nama dalam kontak nomer WA ibu moderator yang tertulis Yandri Novita S (Ayang). Kata “ayang” ini yang cukup menggelitik saya. Mirip seperti panggilan atau sebutan seseorang untuk kekasih pujaan hatinya ya? Gaya penuturan moderator juga khas sekali dengan generasi z atau generasi zaman now.

Tapi ya sudah lah daripada membahas hal yang tidak penting mari kita kembali menyimak materi malam hari ini. Narasumber malam hari ini adalah beliau Prof. Dr. Ngainun Naim. Beliau guru besar dari UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Sebuah pengalaman yang sangat berharga bagi saya pribadi bisa belajar menimba ilmu dari seorang guru besar. Sungguh pengelaman yang tidak akan terlupakan.

Menulis itu mudah bagi yang sudah terbiasa. Dan tidak mudah bagi yang belum terbiasa. Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar menulis menjadi mudah menurut narasumber :

1. Tulislah apa yang kita ketahui. Jangan menulis apa yang tidak kita ketahui. Bisa dimulai dengan menulis pengalaman hidup sehari-hari.

2. Yakinkan dalam diri kita bahwa menulis itu mudah. Sugestikan itu dalam pikiran kita. Karena pikiran adalah kunci dalam menentukan tindakan.

3. Menulislah sedikit demi sedikit. Tidak harus banyak yang penting konsisten. Tanamkan pada diri sendiri untuk menulis setiap ada kesempatan.

4. Tulislah apa yang kita pikirkan. Jangan pikirkan apa yang akan kita tulis. Pokoknya tulis saja langsung take action.

5. Jangan menulis sambil dibaca atau diedit. Tuangkan saja apa yang ada di dalam otak. Terus saja menulis. Anggap kita sedang ngobrol dengan orang lain menggunakan tulisan bukan dengan lisan. Mengedit juga ada waktunya tersendiri. Jangan bersama-sama dengan proses menulisnya. Karena menulis dan mengedit bersamaan membuat tulisan akan sulit selesai. Narasumber menutup pemaparan materi dengan mengutip kata – kata bijak dari kyai kondang Abdullah Gymnastiar (AA Gym). Untuk menulis terapkanlah 3M : mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil dan mulai sekarang juga. Bahwa menulis itu dipraktekkan bukan hanya didiskusikan. Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.

Pertanyaan 1:
Pertanyaan: Mengapa Bapak memiliki 3 blog? Apakah setiap blog memiliki kategori/niche masing-masing?
Jawaban: Memiliki tiga blog, yaitu satu di Blogspot, satu di Mandiri Literasi (website sendiri), dan satu di Kompasiana. Saya menulis setidaknya satu artikel dalam satu minggu.

Pertanyaan 2:
Pertanyaan: Saya sering merasa tidak percaya diri setelah menulis. Bagaimana cara mengatasi ketidakpercayaan diri dalam menulis?
Jawaban: Keraguan adalah hal yang wajar dalam menulis. Tidak perlu terlalu dipikirkan. Menulislah sesuai dengan kemampuan kita dan jangan terlalu memikirkan apakah tulisan kita akan disukai orang lain.

Pertanyaan 3:
Pertanyaan: Apakah cita-cita saya untuk memiliki buku solo yang dibaca oleh praktisi pendidikan terlalu tinggi dan sulit? Apakah sebaiknya saya mulai menulis hal-hal yang berhubungan dengan diri sendiri terlebih dahulu? Apakah menulis buku ilmiah harus mencantumkan buku referensi?
Jawaban: Tidak ada yang tidak mungkin dalam mencapai cita-cita tersebut. Semangat dan teruslah mencoba. Memulai menulis hal-hal yang berhubungan dengan diri sendiri adalah langkah yang baik. Menulis buku ilmiah biasanya mencantumkan buku referensi sebagai sumber rujukan, tetapi tidak selalu harus demikian.

Pertanyaan 4:
Pertanyaan: Bagaimana cara menghindari lupa waktu saat menulis? Apa yang dimaksud dengan "menulis dari diri sendiri"?
Jawaban: Untuk menghindari lupa waktu saat menulis, buatlah komitmen untuk tidak menulis terlalu lama. Anda bisa mengatur waktu, misalnya berhenti setelah setengah jam meskipun masih ingin melanjutkan. Menulis dari diri sendiri berarti menulis sesuai dengan apa yang ada di dalam pikiran dan perasaan Anda, bukan karena dipaksa oleh orang lain.

Pertanyaan 5:
Pertanyaan: Setelah menulis, apakah perlu memberi jeda sebelum mengedit tulisan? Bagaimana agar menulis menjadi hal yang menyenangkan?
Jawaban: Setelah menulis, Anda bisa memberikan jeda sebelum mengedit tulisan, tergantung preferensi masing-masing. Bagi saya pribadi, saya menikmati menulis dan tidak terburu-buru. Saya akan membaca ulang tulisan yang sudah selesai beberapa kali sebelum mengeditnya. Tips agar menulis menjadi hal yang menyenangkan adalah nikmati proses menulisnya dan berusaha mencapai apa yang ingin Anda sampaikan melalui tulisan.

Pertanyaan 6:
Pertanyaan: Apakah ada cara mudah untuk mengeksekusi ide dalam menulis agar tidak terjebak di tengah jalan? Terkadang kita kehilangan semangat menulis karena berbagai hambatan.
Jawaban: Untuk mengeksekusi ide dalam menulis, dibutuhkan kesabaran dan ketekunan. Jangan mudah menyerah di tengah jalan. Jika terasa terhenti, gunakan waktu untuk santai, membaca, atau berjalan-jalan. Kembali ke tulisan Anda ketika ada ide baru untuk melanjutkannya.

Pertanyaan 7:
Pertanyaan: Apa alasan Anda menjadi seorang penulis? Bagaimana cara Anda membagi waktu antara menulis dan bekerja? Apakah Anda pernah mengalami pengalaman buruk dalam menulis?
Jawaban: Alasan saya menjadi penulis karena terinspirasi oleh penulis idola saya, dan kini saya menulis untuk memberikan manfaat kepada diri sendiri dan orang lain. Saya membagi waktu antara menulis dan bekerja dengan cara mengalirkannya. Saat bekerja, saya tetap menyempatkan waktu untuk menulis, walaupun hanya beberapa paragraf. Pengalaman buruk dalam menulis pasti ada, tetapi saya lebih fokus pada hal-hal positif dan terus melanjutkan menulis.

Pertanyaan 8:
Pertanyaan: Apakah saat menulis harus selesai seketika itu? Bagaimana mengatasi deadlock saat menulis?
Jawaban: Tidak harus menyelesaikan tulisan seketika itu. Menulis bisa bersifat kondisional dan mengalir. Jika mengalami deadlock saat menulis, gunakan waktu untuk santai, membaca, atau mengamati kembali tulisan Anda. Ketika ada ide baru, Anda bisa melanjutkan menulis.

Pertanyaan 9:
Pertanyaan: Bagaimana pengalaman Anda dalam mengelola waktu yang padat agar dapat menyelesaikan semua tugas dengan baik?
Jawaban: Manajemen waktu yang baik adalah kuncinya. Saya biasanya membuat jadwal kegiatan untuk esok hari sebelum tidur. Saya juga mencoba memanfaatkan waktu sela-sela untuk membaca dan menulis. Jika menunggu waktu luang, akan sulit untuk menulis. Dengan memanfaatkan waktu yang ada sebaik mungkin, saya dapat menyelesaikan berbagai tugas sehari-hari.

Pertanyaan 10:
Pertanyaan: Apakah ada versi digital dari buku-buku Profesor Ainun? Saya ingin menggunakannya sebagai referensi dalam menulis.
Jawaban: Silakan kunjungi dan kutip buku dan artikel jurnal saya di Google Scholar.

Pertanyaan 11:
Pertanyaan: Bagaimana cara yang baik untuk mengajak rekan pendidik tertarik untuk menulis? Bagaimana mengatasi kebiasaan menulis yang kurang baik?
Jawaban: Mulailah dari diri sendiri. Jika Anda dapat membuktikan kemampuan menulis Anda, orang lain akan tertarik untuk mengikuti. Anda dapat membangun budaya literasi di lingkungan sekitar, termasuk di kalangan mahasiswa. Mengatasi kebiasaan menulis yang kurang baik hanya membutuhkan latihan dan kesabaran. Fokus pada perbaikan dan jangan terlalu terbebani.

Pertanyaan 12:
Pertanyaan: Bagaimana cara agar menulis menjadi lebih enak dan tulisan terlihat bagus saat dibaca?Jawaban: Tulisan yang mengalir dan terlihat bagus adalah hasil dari proses yang panjang. Teruslah menulis dan berproses. Semakin Anda menulis, semakin baik tulisan Anda akan menjadi. Jangan berfokus pada hasil akhir, tetapi nikmati proses menulis dan berusaha untuk menyampaikan pesan dengan baik.

Pertanyaan 13:
Pertanyaan: Bagaimana mengatasi kekakuan dalam menulis, terutama saat membuat resume? Bagaimana agar menulis menjadi menyenangkan dan tulisannya enak dibaca?
Jawaban: Kekakuan dalam menulis adalah hal yang wajar terjadi. Teruslah menulis dan jangan menyerah. Tulisan yang enak dibaca adalah hasil dari latihan dan proses. Jangan terlalu fokus pada kualitas tulisan saat awal, tetapi tetap bersemangat dan terus berproses. Suatu saat, tulisan Anda akan semakin enak dibaca dan lebih menyenangkan.

Demikian pertemuan malam hari ini yang ditutup dengan sesi tanya jawab. Sungguh luar bisa Prof. Dr. Ngainun Naim dan ibu Yandri Novita Sari, S.Pd. Tetap sehat tetap semangat dan jangan lupa bahagia.

Sabtu, 15 Juli 2023

Mari Menulis Cerita Fiksi

Resume ke : 9

Gelombang : 29

Tanggal : 14 Juli 2023

Tema : Kiat Menulis Cerita Fiksi

Narasumber : Sudomo, S.Pt 

Moderator : Arofiah Afifi, S.Pd



Sudomo, S.Pt atau lebih akarab disapa MazMo itulah narasumber pertemuan malam hari ini. Begitu mendengar nama Sudomo yang terlintas dalam benak saya adalah sosok seorang tokoh militer super power pada jaman orde baru yang pernah menjabat sebagai Pangkopkamtib singkatan dari Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban. Tetapi ternyata bukan, Sudomo malam hari ini adalah sosok pegiat literasi dan edukasi. Beliau memiliki keseharian sebagai seorang pengajar di SMP Negeri 3 Lingsar Lombok Barat. Sosok yang kreatif adan inovatif yang bukan hanya giat menulis cerita fiksi melainkan juga aktif dalam kegiatan yang bersifat peningkatan mutu kompetensi guru dalam menyongsong pendidikan di era kemajuan jaman.

MazMo demikian sapaan akrab beliau, pada malam hari ini akan menggunakan pendekatan alur belajar MERDEKA untuk menyampaikan materi kepada kami para peserta. Yang konon dulu beliau dapatkan saat mengikuti Pelatihan Guru Penggerak (PGP) angkatan 2 di Kabupaten Lombok Barat. Saya awalnya penasaran apa itu alur belajar MERDEKA? Ternyata begini penjelasannya :

1. Mulai Dari Diri Sendiri
Peserta diminta menjawab dalam hati pertanyaan yang diajukan atau menuliskan jawabannya pada tugas resume yang dibuat. Sudomo, S,Pt memberikan empat pertanyaan pada para peserta yaitu :
  • Seberapa sering Bapak/Ibu menulis cerita fiksi?
  • Mengapa Bapak/Ibu tertarik menulis fiksi?
  • Apa yang Bapak/Ibu pahami tentang menulis fiksi?
  • Bagaimana langkah Bapak/Ibu agar bisa menulis fiksi dengan baik.
Wah jujur saya selama ini sangat jarang menulis fiksi. Saya lebih sering menulis lepas terkait topik-topik atau isu tertentu di dunia pendidikan yang cukup menggelitik hati saya. Dan beberapa diantaranya saya posting di blog keroyokan Kompasiana. Jadi untuk pertanyaan pertama ini wassalam. Tidak ada jawaban dari saya.
 
2. Eksplorasi Konsep
Pada alur ini kami para peserta diminta untuk mempelajari konsep materi yang sudah disiapkan oleh MazMo selaku narasumber. Mazmo hanya akan memberikan penguatan dan akan diperdalam pada saat sesi tanya jawab. Mazmo melanjutkan beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait teknik menulis fiksi diantaranya sebagai berikut :

Pertama, syarat menulis fiksi, setidaknya ada 6 hal yaitu :
  • Komitmen dan niat yang kuat untuk menyelesaikan apa yang telah dimulai;
  • Kemauan dan kemampuan melakukan riset agar cerita fiksi tetap logis;
  • Banyak membaca cerita fiksi sebagai bekal tambahan terkait teknik penulisan;
  • Mempelajari KBBI dan PUEBI;
  • Memahami dasar-dasar menulis fiksi, dan
  • Menjaga komitmen menulis cerita fiksi.
Kedua, membuat premis. Premis bisa diartikan sebagai ringkasan/sinopsis cerita fiksi yang mengandung tokoh, karakter, rintangan, dan resolusi hanya dalam satu kalimat. Untuk dapat mengidentifikasi sebuah premis dapat dilacak dengan beberapa unsur seperti tokoh, tantangan, karakter, resolusi, dalam satu kalimat. Jika keempat unsur tersebut ada dalam satu kalimat maka itu adalah premis cerita. Contoh premis : Seorang anak laki-laki yang berjuang membalaskan dendam kematian orang tuanya dengan melawan penyihir jahat.

Ketiga, proses kreatif menulis. Untuk tulisan cerpen misalnya setelah menentukan tema bisa dilanjutkan dengan menentukan endingnya. Selanjutnya baru menentukan genre yang sesuai (romance, horor, dll). Setelah itu barulah membuat kerangka karangan. Kerangka karangan ( outline ) sederhana berupa tema, premis, alur/plot, penokohan, latar/setting, dan sudut pandang tulisan.

Keempat, alias terakhir adalah mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan utuh. Prinsip poin dalam menulis adalah selesaikan apa yang sudah dimulai dan jangan menulis sembari mengedit. Setelah tulisan selesai kita bisa melakukan swasunting. Swasunting terkait logika cerita, penulisan, dan tata bahasa. Dapat juga dilakukan dengan meminta bantuan orang lain sebagai pembaca pertama untuk memberikan pendapat atau masukan. Seperti itu uraian eksplorasi konsep.

3. Ruang Kolaborasi
Peserta diminta untuk berkolaborasi dengan melanjutkan kalimat yang disediakan oleh narasumber sehingga menjadi cerita utuh. Ceritanya demikian …..

Brak!
Terdengar suara daun pintu dibanting. Kepalaku memutar menuju sumber suara. Kosong. Dalam remang, mataku menangkap sebuah bayang hitam. Sepertinya aku mengenalinya. Pelan-pelan langkah kaki ku arahkan lurus menuju sebuah lorong. Ya suara keras yang mengagetkan tadi berasal dari pintu di ujung lorong ini. Konon menurut cerita sebagian orang beberapa tahun yang lalu di sini pernah terjadi sebuah peristiwa. Peristiwa perampokan yang dengan pembunuhan terhadap satu keluarga penghuni rumah ini. Seluruh keluarga dibunuh dengan sadis dan jenazahnya baru ditemukan beberapa hari kemudian.
Berdetak keras jantungku, keringat dingin dan bulu kuduk merinding mengiringi gontai langkahku. Sedirian di sini tanpa teman dan siapapun. Sengaja memang karena aku ingin membuat sebuah konten Youtube misteri di channel yang sedang kurintis. Harapan semoga kelak channelku ini bisa berkembang selayaknya channel youtube dengan konten misteri yang kerap ku lihat.
Akhirnya aku sampai di ujung lorong tepat di depan pintu. Kosong, sepi dan tidak ada apa-apa. Hanya terlihat tumpukan baju dan buku yang berserakan dan suara semilir angin yang berhembus masuk lewat pintu jendela kamar ini. Ah….agaknya suara pintu tadi hanyalah dorongan angin semata. Pikiran dan khayalanku saja yang mengembara kemana-mana…..

4. Demonstrsi Kontekstual
Sebagai bentuk pemahaman, peserta diminta untuk menuliskan 5 tema terkait cerita fiksi. Selanjutnya peserta diminta untuk mengembangkannya menjadi sebuah premis dan peserta diminta agar hasil pekerjaan ini ditambahkan ke dalam resume. Berikut tema yang saya buat :

Kegigihan
Premis : Seorang anak kecil yang berjualan jajanan keliling kampung demi ikut membantu perekonomian keluarganya agar dia tetap bisa bersekolah.

Berbakti pada orang tua
Premis : Andi terpaksa keluar tidak melanjutkan kuliahnya karena harus bekerja demi mencari uang untuk pengobatan orangtuanya yang sedang sakit.
 
Cinta tanah air
Premis : Seorang serdadu rela mati di tengah medan peperangan demi sebuah keyakinan bahwa lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup di jajah.

Perbudakan
Premis : Dedi seorang yunior di tempat kerjanya terpaksa mau mengerjakan segala pekerjaan yang diperintahkan kepadanya meskipun sejatinya itu adalah tugas milik seniornya.
 
Konflik Kepentingan
Premis : Seorang polisi tidak tega menilang motor seorang remaja yang menerobos lampu lalu lintas karena ternyata remaja tersebut adalah anaknya sendiri.

3. Elaborasi Pemahaman
Pada alur ini peserta diminta mencari referensi lain terkait materi menulis fiksi. Peserta juga bisa membaca karya fiksi dari penulis lain sebagai bahan belajar tambahan.

4. Koneksi Antar Materi
Pada alur ini peserta bisa membuat rangkuman singkat terkait menulis cerita fiksi dari materi yang sudah dipelajari bersama.

5. Aksi Nyata
Pada alur ini, berdasarkan pemahaman yang sudah didapatkan, peserta diminta membuat resume kelas belajar menulis pertemuan ke-9 ini dengan gaya fiksi. Meskipun setelah saya lihat beberapa resume milik rekan-rekan yang lain tetap dibuat dengan gaya naratif. Demikian penjelasan materi malam hari ini dari Pak Sudomo, S.Pt. Luar biasa narasumber malam hari ini. Sungguh kreatif dan inovatif dalam menyampaikan materi. Serasa ikut kursus kilat program pendidikan guru penggerak (PGP). Karena konon pendekatan alur belajar MERDEKA ini juga diterapkan pada program tersebut. Terimakasih pak Sudomo terimakasih juga ibu Arofiah Afifi atas pertemuan malam hari ini yang membuka perspektif baru dalam pikiran saya tentang dunia tulis menulis. Tetap sehat, tetap semangat dan jangan lupa bahagia.