Sabtu, 26 Agustus 2023

Mari Menulis Dengan Hati

Resume ke : 26

Gelombang : 29

Tanggal : 23 Agustus 2023

Tema : Writing By Heart

Narasumber : Mutmainah, M.Pd

Moderator : Widya Arema


Selalu ada pengalaman pertama yang tidak pernah terlupakan dan selalu ada kesalahan yang mengiringi dalam setiap pengalaman itu. Kesalahan adalah bagian dari proses belajar. Karena dengan kesalahan itulah kita menjadi berproses, belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dan pada akhirnya kita menjadi pribadi yang sukses meraih segala yang dicita-citakan.

Melakukan segala sesuatu dalam hidup ini jika yang dituju adalah sebuah keberhasilan, maka hendaknya harus dilakukan dengan sepenuh hati. Ya dengan sepenuh hati melibatkan segala hati dan perasaan serta kecintaan kita terhadap sesuatu tersebut. Demikian pula dengan menulis. Menulis dengan hati, menulis dengan seluruh jiwa dan karakter kita akan membuat tulisan kita lebih hidup dan bermakna.

Setiap untaian kata mengalir dengan indah. Setiap rangkaian kalimat tersusun dan tertata dengan rapi selayaknya barisan tentara dalam sebuah pleton. Rapi, tertib, dispilin namun indah dan sedap dipandang mata. Tulisan – tulisan yang dibuat dengan sepenuh hati akan menjadi sebuah karya yang monumental yang akan dikenang sampai anak cucu kita.

Pengertian Menulis Dengan Hati
Menulis adalah keterampilan tertinggi setelah membaca dan berbicara. Menulis dengan hati artinya melibatkan hati dan segenap perasaan kita saat kita merangkai kata dan kalimat serta menjadi hati sebagai sumber inspirasi tulisan itu sendiri. Otak dan pikiran hanyalah sebuah alat dalam proses menulis adapun sumbernya tetap dari dalam hati penulis itu sendiri. Tulisan adalah jiwa, setiap yang berjiwa pasti bisa menulis, tulisan dengan hati akan sampai ke hati.


Kiat – Kiat Menulis Dengan Hati
1. Libatkan Emosi
Tulis segala yang kita pikirkan dan rasakan dengan jujur dan apa adanya. Dengan segala perasaan dan pikiran yang ada di dalam benak kita. Biarkan tulisan kita memuat emosi yang ada. Emosi yang positif akan mendorong dan memacu tulisan kita mengalir, tidak kaku dan enak dibaca. Tulis saja apa adanya dan jangan diedit dulu. Mengedit atau menyunting tulisan baiknya dilakukan setelah tulisan kita selesai seluruhnya.

2. Libatkan Panca Indera
Buatlah tulisan dengan melibatkan seluruh panca indra kita. Dengan begitu pembaca juga seakan – akan melihat, mendengar, dan merasakan segala sesuatu yang kita tulis. Gunakan diksi dan kosakata yang merangsang pembaca untuk berimajinasi seakan – akan mengalami dan merasakan apa yang ada dalam tulisan kita, Perhatikan contoh paragaraf berikut :

Tiga sahabat itu meringkuk ketakutan. Di tengah samudra biru, mereka terombang-ambing di atas kapal yang sudah lubang sana sini. Tangan mereka terikat jaring dengan kuat, sementara mulut kelu dalam gigil kedinginan. Dari kejauhan sesosok makhluk yang besar semakin mendekati mereka.

Makhluk itu sangat besar, tingginya melebihi pohon kelapa. Badannya sebesar gedung tingkat delapan. Surainya mencuat tinggi berwarna keperakan disinari matahari. Entah makhluk apa yang mereka lihat. Matanya yang merah menampakkan amarah. Makhluk itu menghantamkan ekornya dengan kuat.

Byuuuurrrr, seketika air laut bergejolak setinggi 30 meter. Baju mereka basah kuyup, rasa dingin bukan masalah terbesar mereka.

Tapi tatapan marah ikan itu. Ikan itu semakin mendekati mereka. Satu ayunan sirip lagi, akan tiba di hadapan mereka. Ooh bagaimana nasib ketiga sahabat itu selanjutnya?

Saat kita membaca paragraf di atas tentu kita merasakan dingin dan ketakutan seperti ketiga tokoh dalam cerita tersebut. Jadikan tulisan kita memiliki rasa takut, senang, melalui melihat, mendengar, membau dengan melibatkan semua panca indera.

3. Tulis Sesuatu Yang Kita Sukai
Saat kita menyukai sesuatu pasti kita akan dapat menggambarkan dan menceritakannya dengan mudah. Mengair seperti aliran air di sungai yang tidak terbendung. Selayaknya kita sedang jatuh cinta kepada seorang, maka kita akan dengan mudah mendeskripsikan orang tersebut dengan detail – detailnya. Ya karena ada rasa suka terhadapnya. Saya jadi teringat kata – kata seorang teman, agar tulisan kita bagus maka hendaklah kita menulis dengan bahagia. Sehingga kalimat kita mengalir dan alami tanpa beban. Rasa suka terhadap sesuatu membuat diri kita akan merasa bahagia.

Seorang penulis yang memiliki perasaan akan menjadi responsif dan mampu menangkap beragam nuansa. Dampaknya terlihat dalam tulisannya, yang akan memiliki kedalaman dan mampu menginspirasi pembaca karena merasa dekat dengan kontennya. Dengan menginfuskan perasaan, penulis akan mengalami keterlibatan yang mendalam dari dalam dirinya, yang kemudian tercermin dalam tulisannya dan dirasakan oleh para pembaca.

Aktivitas menulis adalah seni yang mencerminkan keindahan dan kreativitas. Seni ini juga bisa diartikan sebagai sebuah jalan. Dengan pendekatan seni, penulis menemukan jalan otentik dalam karyanya yang sulit untuk ditiru oleh orang lain. Oleh karena itu, ini menjadi ciri khas yang menggambarkan kedalaman seorang penulis.

4. Jangan Mengharap Pujian
Menulis hendaknya tidak didasarkan atas pujian orang lain. Justru sebagai seorang penulis mestinya kita memiliki jiwa kebebasan dan kemerdekaan serta kebebasan kita dalam mengekspresikan pikiran – pikiran kita melalui tulisan. Tidak boleh seorang penulis dibelenggu oleh persepsi orang terhadapnya. Menulis dengan mengharapkan pujian hanya akan mematikan kreatifitas si penulis. Saat dia mendapatkan banyak pujian maka dia akan giat menulis. Sebaliknya saat tulisannya sepi dan minim pembaca penulis akan kehilangan semangat, loyo dan tidak ada motivasi untuk menulis. Tentu kita tidak ingin menjadi penulis yang demikian. Maka bebaskanlah diri kita dalam menulis dan tidak perlu tergantung pada penilaian orang baik suka maupun tidak suka dengan tulisan kita. Jangan mengharap pujian orang lain atas tulisan kita.

5. Who and Do
Who artinya kenali siapa yang akan membaca tulisan kita. Jika kita ingin tulisan kita mengena pada remaja maka posisikan diri kita sebagai remaja. Mulai dari gaya bahasa, topik dan hal- hal yang lagi digandrungi remaja. Jadikan diri kita sebagai pembaca. Do artinya pesan apa yang ingin kita sampaikan pada pembaca. Dengan harapan pembaca akan melakukan apa yang kita tulis dan kita harapkan sesuai tujuan tulisan kita.

6. Read And Read
Kegiatan membaca dan menulis adalah dua hal yang saling berkaitan dan tidak terpisahkan. Seorang penulis yang baik hendaknya dia juga gemar membaca. Dengan menjadi pembaca yang tekun penulis akan mendapatkan banyak input pengetahuan dan mengembangkan wawasan berpikir yang lebih luas dan komprehensif.

Jadi, semakin banyak seseorang membaca, wawasan dan pengatahuannya pun akan semakin luas, sehingga memiliki banyak referensi atau ide untuk menulis. Dengan kata lain, tiap kalimat yang dituliskan akan mengalir mudah, karena sudah mempunyai bekal informasi.

7. Jujur
Mulutmu bisa berbohong tapi tulisanmu tidak. Kata orang apa yang tertulis tak mampu berbohong bahwa tulisan adalah isi hati penulis, saat matamu bisa berbohong maka tulisanmu tidak, artinya tulisan kita adalah gambaran dari jati diri kita.

8. Konsisten

Melakukan sesuatu secara berulang – ulang dan terus menerus akan menimbulkan kebosanan dan kejenuhan pada suatu ketika. Tatkala saat itu datang penulis akan mengalami writers block. Dan saat itulah penulis membutuhkan istirahat untuk memulihkan tenaga dan pikirannya agar kembali segar dan prima untuk menulis.

Diperlukan jiwa konsisten, teguh pendirian dan istiqomah dalam menulis. Karena menulis adalah keterampilan yang melibatkan mental pikiran di dalamnya. Hanya dengan jiwa konsisten, tekun serta pantang menyerah maka kita akan menjadi penulis yang baik. Semuanya kembali pada diri kita masing – masing. Bagaimana cara kita dalam menjaga agar diri kita tetap konsisten menulis, saya kira setiap orang punya kiat masing – masing. Kata kuncinya harus tetap semangat dan sadari jika kegiatan menulis itu merupakan kebutuhan dan passion kita sebagai seorang penulis.

Manfaat Menulis Dengan Hati
Berikut beberapa manfaat jika kita menulis dengan sepenuh hati :

1. Lebih Menyentuh Pembaca
Tulisan yang melibatkan unsur emosi akan lebih memukau bagi para pembaca. Ketika kita sedang menulis, kita tidak hanya menghasilkan sekumpulan kata, tetapi kita sedang menciptakan perasaan. Oleh karena itu, usahakan untuk membawa perasaan dan emosi yang positif ketika menulis. Tanamkan dalam diri kita emosi positif agar seluruh proses penulisan dijalani dalam suasana yang positif. Emosi positif ini akan menjadi panduan untuk terus mengalirkan kata-kata secara kontinu. Cobalah rasakan bagaimana tulisan kita menjadi terinspirasi oleh emosi positif, yang tentunya akan sangat berbeda jika dibandingkan dengan tulisan yang terinspirasi oleh emosi negatif.

2. Cerita Lebih Nyata
Apabila kita sedang mengarang sebuah novel dengan sepenuh hati, maka karya tersebut akan memiliki semangatnya sendiri dan tampak seolah-olah dapat dirasakan secara nyata oleh para pembaca. Pasti kita pernah mengalami saat membaca suatu buku yang membuat kita tetap tenggelam dalam alur ceritanya, bahkan setelah selesai membacanya, bukan? Hal itu mungkin disebabkan oleh fakta bahwa penulis buku tersebut sungguh menghidupkan tulisannya dengan kesungguhan yang mendalam.

3. Lebih Mudah Menyusun Cerita
Pasti kita pernah mengalami masa dimana imajinasi terhenti, yang sering disebut dengan Writers Block. Tidak ada ide yang muncul untuk dituangkan ke dalam kata-kata. Tidak hanya paragraf, bahkan susunan kalimat pun sulit terbentuk.

Nah, dalam situasi seperti itu, coba untuk menulis dengan perasaan. Rasakan semua yang ada di sekitar kita dan nikmati dengan pancaindra kita. Biarkan kata-kata mengalir, tanpa terikat oleh aturan penulisan yang baku. Menulislah seakan-akan sedang berbicara. Ubahlah pikiran menjadi tulisan.

Dengan begitu, kita dapat mengekspresikan perasaan melalui rangkaian huruf, dan dengan hal itu, kita akan dapat menyentuh hati pembaca melalui karya tulisan kita.

Bandingkan dua tulisan ini

Contoh menulis melibatkan hati dan tidak melibatkan hati :

1. Hari ini hujan turun dengan lebat. Budi sang penjual koran duduk kedingian di trotoar dengan menahan rasa lapar.

2. Awan mendung terlihat menghitam, suara tetesan hujan semakin menderas. Sesekali terdengar cahaya kilat dan suara petir memekakkan telinga. Si budi kecil penjual koran, menggigil dalam beku. Matanya perih menahan tetesan hujan. Mulutnya membiru, seakan membeku. tangan dan kakinya kelu dan lunglai menahan lapar seharian. Tuhan berikan rezeki untuk bisa kumakan hari ini pintanya syahdu memandang awan kelabu.

Demikianlah materi  dari narasumber kita malam ini. Sangat bermanfaat dan menginspirasi kita. Mengulas habis trik dan kiat Writing by Heart  dan cara membuat resume yang baik. Semoga memacu kita untuk berprestasi dan semakin bersemangat di dalam menulis.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar