Selalu ada pengalaman pertama yang tidak pernah terlupakan dan selalu
ada kesalahan yang mengiringi dalam setiap pengalaman itu. Kesalahan adalah
bagian dari proses belajar. Karena dengan kesalahan itulah kita menjadi
berproses, belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dan pada akhirnya
kita menjadi pribadi yang sukses meraih segala yang dicita-citakan.
Melakukan segala
sesuatu dalam hidup ini jika yang dituju adalah sebuah keberhasilan, maka
hendaknya harus dilakukan dengan sepenuh hati. Ya dengan sepenuh hati
melibatkan segala hati dan perasaan serta kecintaan kita terhadap sesuatu tersebut.
Demikian pula dengan menulis. Menulis dengan hati, menulis dengan seluruh jiwa
dan karakter kita akan membuat tulisan kita lebih hidup dan bermakna.
Setiap
untaian kata mengalir dengan indah. Setiap rangkaian kalimat tersusun dan
tertata dengan rapi selayaknya barisan tentara dalam sebuah pleton. Rapi,
tertib, dispilin namun indah dan sedap dipandang mata. Tulisan – tulisan yang
dibuat dengan sepenuh hati akan menjadi sebuah karya yang monumental yang akan
dikenang sampai anak cucu kita.
Pengertian Menulis Dengan Hati
Menulis
adalah keterampilan tertinggi setelah membaca dan berbicara. Menulis dengan
hati artinya melibatkan hati dan segenap perasaan kita saat kita merangkai kata
dan kalimat serta menjadi hati sebagai sumber inspirasi tulisan itu sendiri.
Otak dan pikiran hanyalah sebuah alat dalam proses menulis adapun sumbernya
tetap dari dalam hati penulis itu sendiri. Tulisan adalah jiwa, setiap yang
berjiwa pasti bisa menulis, tulisan dengan hati
akan sampai ke hati.
Kiat – Kiat Menulis Dengan Hati
1. Libatkan Emosi
Tulis
segala yang kita pikirkan dan rasakan dengan jujur dan apa adanya. Dengan
segala perasaan dan pikiran yang ada di dalam benak kita. Biarkan tulisan kita
memuat emosi yang ada. Emosi yang positif akan mendorong dan memacu tulisan kita
mengalir, tidak kaku dan enak dibaca. Tulis saja apa adanya dan jangan diedit
dulu. Mengedit atau menyunting tulisan baiknya dilakukan setelah tulisan kita
selesai seluruhnya.
2. Libatkan Panca Indera
Buatlah tulisan dengan melibatkan seluruh panca
indra kita. Dengan begitu pembaca juga seakan – akan melihat, mendengar, dan
merasakan segala sesuatu yang kita tulis. Gunakan diksi dan kosakata yang
merangsang pembaca untuk berimajinasi seakan – akan mengalami dan merasakan apa
yang ada dalam tulisan kita, Perhatikan contoh paragaraf berikut :
Tiga sahabat itu meringkuk ketakutan. Di tengah
samudra biru, mereka terombang-ambing di atas kapal yang sudah lubang sana
sini. Tangan mereka terikat jaring dengan kuat, sementara mulut kelu dalam
gigil kedinginan. Dari kejauhan sesosok makhluk yang besar semakin mendekati
mereka.
Makhluk itu sangat besar, tingginya melebihi
pohon kelapa. Badannya sebesar gedung tingkat delapan. Surainya mencuat tinggi
berwarna keperakan disinari matahari. Entah makhluk apa yang mereka lihat.
Matanya yang merah menampakkan amarah. Makhluk itu menghantamkan ekornya dengan
kuat.
Byuuuurrrr, seketika air laut bergejolak
setinggi 30 meter. Baju mereka basah kuyup, rasa dingin bukan masalah terbesar
mereka.
Tapi tatapan marah ikan itu. Ikan itu semakin
mendekati mereka. Satu ayunan sirip lagi, akan tiba di hadapan mereka. Ooh
bagaimana nasib ketiga sahabat itu selanjutnya?
Saat kita membaca paragraf di atas tentu kita
merasakan dingin dan ketakutan seperti ketiga tokoh dalam cerita tersebut. Jadikan
tulisan kita memiliki rasa takut, senang, melalui melihat, mendengar, membau
dengan melibatkan semua panca indera.
3. Tulis Sesuatu Yang Kita Sukai
Saat kita menyukai sesuatu pasti kita akan
dapat menggambarkan dan menceritakannya dengan mudah. Mengair seperti aliran
air di sungai yang tidak terbendung. Selayaknya kita sedang jatuh cinta kepada
seorang, maka kita akan dengan mudah mendeskripsikan orang tersebut dengan detail
– detailnya. Ya karena ada rasa suka terhadapnya. Saya jadi teringat kata –
kata seorang teman, agar tulisan kita bagus maka hendaklah kita menulis dengan
bahagia. Sehingga kalimat kita mengalir dan alami tanpa beban. Rasa suka
terhadap sesuatu membuat diri kita akan merasa bahagia.
Seorang penulis yang memiliki perasaan akan
menjadi responsif dan mampu menangkap beragam nuansa. Dampaknya terlihat dalam
tulisannya, yang akan memiliki kedalaman dan mampu menginspirasi pembaca karena
merasa dekat dengan kontennya. Dengan menginfuskan perasaan, penulis akan
mengalami keterlibatan yang mendalam dari dalam dirinya, yang kemudian
tercermin dalam tulisannya dan dirasakan oleh para pembaca.
Aktivitas menulis adalah seni yang mencerminkan
keindahan dan kreativitas. Seni ini juga bisa diartikan sebagai sebuah jalan.
Dengan pendekatan seni, penulis menemukan jalan otentik dalam karyanya yang
sulit untuk ditiru oleh orang lain. Oleh karena itu, ini menjadi ciri khas yang
menggambarkan kedalaman seorang penulis.
4. Jangan Mengharap Pujian
Menulis
hendaknya tidak didasarkan atas pujian orang lain. Justru sebagai seorang
penulis mestinya kita memiliki jiwa kebebasan dan kemerdekaan serta kebebasan
kita dalam mengekspresikan pikiran – pikiran kita melalui tulisan. Tidak boleh
seorang penulis dibelenggu oleh persepsi orang terhadapnya. Menulis dengan
mengharapkan pujian hanya akan mematikan kreatifitas si penulis. Saat dia
mendapatkan banyak pujian maka dia akan giat menulis. Sebaliknya saat
tulisannya sepi dan minim pembaca penulis akan kehilangan semangat, loyo dan
tidak ada motivasi untuk menulis. Tentu kita tidak ingin menjadi penulis yang
demikian. Maka bebaskanlah diri kita dalam menulis dan tidak perlu tergantung
pada penilaian orang baik suka maupun tidak suka dengan tulisan kita. Jangan
mengharap pujian orang lain atas tulisan kita.
5. Who
and Do
Who
artinya kenali siapa yang akan membaca tulisan kita. Jika kita ingin tulisan
kita mengena pada remaja maka posisikan diri kita sebagai remaja. Mulai dari
gaya bahasa, topik dan hal- hal yang lagi digandrungi remaja. Jadikan diri kita
sebagai pembaca. Do artinya pesan apa yang ingin kita sampaikan pada pembaca.
Dengan harapan pembaca akan melakukan apa yang kita tulis dan kita harapkan
sesuai tujuan tulisan kita.
6. Read
And Read
Kegiatan membaca dan menulis adalah dua hal yang saling berkaitan dan
tidak terpisahkan. Seorang penulis yang baik hendaknya dia juga gemar membaca.
Dengan menjadi pembaca yang tekun penulis akan mendapatkan banyak input
pengetahuan dan mengembangkan wawasan berpikir yang lebih luas dan komprehensif.
Jadi, semakin banyak seseorang membaca, wawasan
dan pengatahuannya pun akan semakin luas, sehingga memiliki banyak referensi
atau ide untuk menulis. Dengan kata lain, tiap kalimat yang dituliskan akan
mengalir mudah, karena sudah mempunyai bekal informasi.
7. Jujur
Mulutmu
bisa berbohong tapi tulisanmu tidak. Kata orang apa yang tertulis tak mampu
berbohong bahwa tulisan adalah isi hati penulis, saat matamu bisa berbohong
maka tulisanmu tidak, artinya tulisan kita adalah gambaran dari jati diri kita.
8. Konsisten
Melakukan sesuatu secara berulang – ulang dan terus menerus akan
menimbulkan kebosanan dan kejenuhan pada suatu ketika. Tatkala saat itu datang
penulis akan mengalami writers block. Dan saat itulah penulis membutuhkan
istirahat untuk memulihkan tenaga dan pikirannya agar kembali segar dan prima
untuk menulis.
Diperlukan jiwa konsisten, teguh pendirian dan
istiqomah dalam menulis. Karena menulis adalah keterampilan yang melibatkan
mental pikiran di dalamnya. Hanya dengan jiwa konsisten, tekun serta pantang
menyerah maka kita akan menjadi penulis yang baik. Semuanya kembali pada diri
kita masing – masing. Bagaimana cara kita dalam menjaga agar diri kita tetap
konsisten menulis, saya kira setiap orang punya kiat masing – masing. Kata
kuncinya harus tetap semangat dan sadari jika kegiatan menulis itu merupakan
kebutuhan dan passion kita sebagai seorang penulis.
Manfaat Menulis Dengan Hati
Berikut
beberapa manfaat jika kita menulis dengan sepenuh hati :
1. Lebih
Menyentuh Pembaca
Tulisan
yang melibatkan unsur emosi akan lebih memukau bagi para pembaca. Ketika kita
sedang menulis, kita tidak hanya menghasilkan sekumpulan kata, tetapi kita
sedang menciptakan perasaan. Oleh karena itu, usahakan untuk membawa perasaan
dan emosi yang positif ketika menulis. Tanamkan dalam diri kita emosi positif
agar seluruh proses penulisan dijalani dalam suasana yang positif. Emosi
positif ini akan menjadi panduan untuk terus mengalirkan kata-kata secara
kontinu. Cobalah rasakan bagaimana tulisan kita menjadi terinspirasi oleh emosi
positif, yang tentunya akan sangat berbeda jika dibandingkan dengan tulisan
yang terinspirasi oleh emosi negatif.
2. Cerita
Lebih Nyata
Apabila
kita sedang mengarang sebuah novel dengan sepenuh hati, maka karya tersebut
akan memiliki semangatnya sendiri dan tampak seolah-olah dapat dirasakan secara
nyata oleh para pembaca. Pasti kita pernah mengalami saat membaca suatu buku
yang membuat kita tetap tenggelam dalam alur ceritanya, bahkan setelah selesai
membacanya, bukan? Hal itu mungkin disebabkan oleh fakta bahwa penulis buku
tersebut sungguh menghidupkan tulisannya dengan kesungguhan yang mendalam.
3. Lebih
Mudah Menyusun Cerita
Pasti kita pernah mengalami masa dimana
imajinasi terhenti, yang sering disebut dengan Writers Block. Tidak ada ide
yang muncul untuk dituangkan ke dalam kata-kata. Tidak hanya paragraf, bahkan
susunan kalimat pun sulit terbentuk.
Nah, dalam situasi seperti itu, coba untuk menulis
dengan perasaan. Rasakan semua yang ada di sekitar kita dan nikmati dengan pancaindra
kita. Biarkan kata-kata mengalir, tanpa terikat oleh aturan penulisan yang
baku. Menulislah seakan-akan sedang berbicara. Ubahlah pikiran menjadi tulisan.
Dengan begitu, kita dapat mengekspresikan
perasaan melalui rangkaian huruf, dan dengan hal itu, kita akan dapat menyentuh
hati pembaca melalui karya tulisan kita.
Bandingkan dua tulisan ini
Contoh
menulis melibatkan hati dan tidak melibatkan hati :
1. Hari
ini hujan turun dengan lebat. Budi sang penjual koran duduk kedingian di
trotoar dengan menahan rasa lapar.
2. Awan
mendung terlihat menghitam, suara tetesan hujan semakin menderas. Sesekali
terdengar cahaya kilat dan suara petir memekakkan telinga. Si budi kecil
penjual koran, menggigil dalam beku. Matanya perih menahan tetesan hujan. Mulutnya
membiru, seakan membeku. tangan dan kakinya kelu dan lunglai menahan lapar
seharian. Tuhan berikan rezeki untuk bisa kumakan hari ini pintanya syahdu
memandang awan kelabu.
Demikianlah
materi dari narasumber kita malam ini.
Sangat bermanfaat dan menginspirasi kita. Mengulas habis trik dan kiat Writing
by Heart dan cara membuat resume yang
baik. Semoga memacu kita untuk berprestasi dan semakin bersemangat di dalam
menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar